1
1

McKinsey Ramal Asia Bakal Kekurangan Dana Pensiun US$74 Triliun di 2030

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Laporan dari McKinsey mengungkapkan Asia akan menghadapi kekurangan pendapatan pensiun di tengah populasi lansia yang terus bertambah. Diperkirakan pada 2030, sebanyak 25 persen dari populasi Asia Pasifik akan berusia di atas 60 tahun, meningkat tajam dari 14 persen pada 2020.

Kekurangan tabungan pensiun ini setara dengan US$74 triliun atau sekitar Rp765 juta per pekerja, atau 11 kali lipat dari rata-rata pendapatan tahunan. Di negara-negara seperti India dan Indonesia, dana pensiun hanya mencakup delapan persen dari populasi, yang menambah tekanan pada sistem pensiun publik.

Melansir Insurance Asia, Senin, 9 September 2024, McKinsey menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi tekanan ini, seperti menaikkan usia pensiun, memperpanjang masa kerja, dan mendorong masyarakat untuk menabung lebih banyak melalui insentif pajak.

|Baca juga: Awali Pekan, Berikut 4 Menu Saham untuk Jemput Rezeki Hari Ini

Di Australia, misalnya, sedang dibahas kemungkinan pengenalan asuransi perawatan lansia, yang mungkin didanai melalui kenaikan pajak atau pungutan khusus Medicare. Pengujian kelayakan juga bisa diterapkan untuk memastikan pembagian biaya yang lebih adil.

Sektor swasta, terutama perusahaan asuransi, dapat memainkan peran penting dalam menutup kesenjangan pensiun ini. Produk pensiun saat ini seringkali kurang fleksibel, memiliki imbal hasil yang rendah, serta biaya yang tinggi.

Misalnya, anuitas pendapatan seumur hidup di Asia biasanya memberikan imbal hasil rendah dan kurang fleksibel. Produk perawatan lansia juga dinilai terlalu mahal bagi banyak orang, dengan penetrasi pasar yang terbatas di negara-negara seperti China.

McKinsey menyarankan perusahaan asuransi untuk berinovasi dengan menawarkan produk yang lebih fleksibel dan memanfaatkan teknologi.

|Baca juga: MSIG Asia Berkolaborasi dengan Serenity Health Partners Garap Asuransi Kesehatan

Contohnya adalah dana target-date yang menyesuaikan alokasi aset seiring waktu serta hipotek terbalik yang mengubah ekuitas rumah menjadi pendapatan pensiun. Meskipun pasar hipotek terbalik saat ini masih kecil di Asia, namun produk ini memiliki potensi pertumbuhan di masa depan.

Selain itu, edukasi terhadap konsumen juga sangat penting. Penasihat keuangan perlu dilatih untuk menjelaskan produk pensiun dengan lebih jelas dan membantu klien merencanakan masa pensiun secara efektif. Teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI), dapat meningkatkan upaya edukasi ini.

Terakhir, McKinsey juga menyarankan untuk menciptakan ekosistem layanan pensiun melalui kemitraan atau akuisisi guna meningkatkan pengalaman pelanggan. Sebagai contoh, menggabungkan tabungan pensiun dengan akses ke fasilitas hunian lansia bisa memberikan dukungan yang lebih komprehensif bagi masyarakat yang memasuki usia pensiun.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Penerbitan Sukuk Pos Indonesia Rp1 Triliun Diganjar Peringkat A oleh Fitch
Next Post Total Dana Kelolaan Wealth Management Bank Muamalat Tumbuh 26%

Member Login

or