Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan bahwa tingkat penetrasi asuransi di Indonesia saat ini baru tercatat 2,75 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 275 juta orang dan ini artinya tingkat penterasi asuransi di RI masih tergolong cukup rendah.
Menanggapi hal tersebut, Executive Director of ASEAN Insurance Council (AIC) Carolyn Baytion mengatakan bahwa, hal yang paling penting dalam asuransi adalah membangun kepercayaan terhadap masyarakat, dan ini yang menjadi salah satu PRl penting yang wajib diselesaikan baik oleh regulator maupun industri.
“Sebenarnya itulah yang menjadi masalah saat ini, dan itulah alasan mengapa regulator kita (Otoritas Jasa Keuangan) ingin mendapatkan kepercayaan dari nasabah kembali, karena ya itu, salah satu alasan mengapa tingkat penetrasi yang lambat adalah kurangnya kepercayaan terhadap industri asuransi,” ujar Carolyn Baytion dalam interansional webinae yang diselenggarakan Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI) Kamis, 26 Oktober 2023.
|Baca juga: OJK Minta Mahasiswa Kuasai Kemampuan Kelola Keuangan sebagai Life Skills
Dalam kesempatan yang sama, Corcom & Sustainabillity Manager – GIA Singapore Jessca Li mengatakan bahwa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan, selain itu pendekatan dengan generasi muda juga perlu dilakukan oleh setiap perusahaan asuransi mengingat saat ini perkembangan digital kian maju dan lekat pada anak muda.
“Saya pikir salah satu harapan lain untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi adalah sebuah keharusan, dengan cara memasarkan polis dengan baik tanpa adanya kebohongan dan pemasar mampu mengarahkan pemegang polis ketika ingin melakukan klaim,” ujar Jessica Li.
Kemudian SVP Culture and Employee Experience Liberty General Insurance Berhad Farina M Ramlan mengatakan, eksistensi digital saat ini justru dapat dijadikan kesempatan masyarakat unruk dapat memahami lebih dalam terkait asuransi dan mampu memahami integrasi industri asuransi.
“Saya pikir bagaimana keberadaan digital menjadi platform yang mendukung untuk pembelajaran bagi mereka menciptakan kesadaran dalam berasuransi, selain itu juga menjadi peringatan bagi generasi muda untuk bertindak dan memahami lebih banyak ketika memahami bisnis asuransi.,” ujar Farrina.
MV & Retail UW Dept Head PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk Yayat Supriyatna, menambahkan, bahwa keberadaan digital saat ini sangatalah berarti, mengingat teknologi menjadi kebutuhan utama para milenial maupun Gen Z.
Namun demikian, menurut Yayat, perlu ide dan kreatifitas yang lebih untuk industri asurasi agar mampu mendapatkan pasar generasi muda saat ini. “Perusahaan asuransi harus memiliki ide yang melimpah, bahwa kunci untuk membuka kunci pasar generasi muda yang hidup dalam inovasi teknolog adalah dengan berinovasi dalam berteknologi,” pungkas Yayat.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News