1
1

Mengapa 89% Perusahaan Asuransi di Inggris Tuntut Revolusi Teknologi Penetapan Harga?

Ilustrasi lini asuransi properti. | Foto: freepick

Media Asuransi, GLOBAL – Dalam lanskap asuransi yang terus berkembang, ada kebutuhan besar untuk beradaptasi. Pergeseran yang massif ke arah digitalisasi telah berdampak pada inti dari cara perusahaan asuransi beroperasi, namun gelombang yang digerakkan oleh data ini tidak berjalan mulus. Para underwriter dan aktuaris yang sebagai pemain kunci dalam industri ini menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap proses kontemporer.

Perusahaan InsurTech Hyperexponential baru-baru ini mengeksplorasi mengapa perusahaan asuransi Khusus dan Komersial perlu memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap penetapan harga. Perhatian utama adalah pengambilan keputusan dalam penilaian risiko dan penetapan harga premi. Keputusan-keputusan ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap laporan laba rugi perusahaan asuransi khusus dan komersial.

Yang mengkhawatirkan, mayoritas besar, 89% dari mereka yang disurvei di Inggris dan 78% di Amerika Serikat, percaya bahwa teknologi penetapan harga mereka perlu ditingkatkan. Selain itu, hanya sedikit minoritas, kurang dari 20%, yang melihat metodologi penetapan harga mereka benar-benar berbasis data.

Konsekuensi dari kekhawatiran ini sangat besar. Sekitar sepertiga dari underwriter di Inggris mengidentifikasi adanya dampak langsung terhadap keuntungan mereka karena model penetapan harga yang di bawah standar. Selain itu, 20% aktuaris khawatir bahwa model yang tidak efisien ini menodai reputasi perusahaan mereka, yang mengarah pada potensi risiko keuntungan di masa depan.

|Baca juga: Laporan McKinsey: Sektor Asuransi di Inggris Tetap Tangguh

Terlepas dari kesadaran yang mencolok ini, perubahan yang nyata berjalan lebih lambat dari yang diinginkan. Sebanyak 98% dari mereka yang disurvei saat ini sedang berinvestasi dalam teknologi penetapan harga atau memiliki rencana untuk melakukannya di tahun mendatang.

Namun, janji-janji implementasi teknologi ini sering kali tidak terwujud. Lebih dari separuh, 56%, merasa bahwa platform penetapan harga baru mereka tidak memenuhi janji yang telah dibuat, dan 45% yang memprihatinkan tidak merasakan nilai nyata dari akuisisi teknologi mereka baru-baru ini.

Mengintegrasikan alat baru dengan sistem lama juga menjadi hambatan lain. Sebanyak 57% merasa terhambat oleh masalah integrasi, yang menghambat kemampuan mereka untuk menentukan harga dan menjamin secara optimal. Hal ini tidak mengejutkan, mengingat 25% masih bergantung pada ‘spreadsheet super‘ yang sudah ketinggalan zaman.

Di era hiper-digitalisasi ini, data yang dihasilkan sangatlah besar, sekitar 1,7 megabyte setiap detiknya untuk setiap pengguna internet di seluruh dunia. Data yang sangat besar ini, yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti perangkat yang dapat dikenakan hingga sensor, menjadi tantangan tersendiri bagi perangkat tradisional.

Lingkungan risiko yang cepat dan terus berubah menciptakan lapisan tantangan lain. Sebanyak 71% underwriter di Amerika Serikat dan 54% underwriter di Inggris kesulitan untuk mengikutinya. Evolusi yang terus-menerus ini menuntut alat yang tidak hanya selaras dengan sistem lama, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memproses kumpulan data yang sangat besar, menganalisis dan meramalkan skenario potensial.

Dengan percepatan evolusi pasar dan meningkatnya keunggulan AI, data terstandardisasi menjadi hal yang biasa. Perusahaan asuransi sekarang perlu menggali lebih dalam, memanfaatkan kumpulan data yang kompleks untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Pembeda yang sebenarnya adalah kemampuan untuk mengekstrak wawasan berharga dari sumber data yang terfragmentasi dan menggunakannya untuk pertumbuhan dan peningkatan yang berkelanjutan.

 

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Apa yang Diinginkan Gen Z Sebagai Konsumen Asuransi?
Next Post Survei McKinsey: Pengalaman Nasabah Penting Bagi Perusahaan Asuransi

Member Login

or