1

Menyalakan Asa dan Melindungi Masa Depan Finansial Lewat Inklusi Asuransi

Gedung IFG. | Foto: IFG

Media Asuransi, JAKARTA – Medio Februari 2025 tiba-tiba panggilan telepon WhatsApp (WA) berdering. Tapi sebelumnya muncul notifikasi yang hampir berbarengan dari pesan teks. “Gw telp bisa?”. Kurang lebih isi pesan teks yang singkat itu muncul pukul 11.40 WIB dan panggilan telepon via WA berdering pada pukul 11.42 WIB.

Ternyata salah seorang teman tanpa sungkan menceritakan pengalaman salah satu keluarganya atau tepatnya istrinya yang sempat sakit. Melalui perbincangan lewat telepon, dirinya bercerita, jika istrinya mendapat tindakan dari rumah sakit karena salah satu penyakitnya. Namun, poin utamanya bukan penyakitnya tapi besaran biaya yang harus ia keluarkan untuk biaya tindakan dari rumah sakit.

|Baca juga: Purbaya Susun Siasat untuk Tarik Dolar AS Milik WNI yang Disimpan di Luar Negeri

|Baca juga: Co-Payment Diganti Jadi Risk Sharing, Pengamat: Premi Asuransi akan Jadi Lebih Tinggi!

“Alhamdulillah sudah keluar dan sehat. Tapi biayanya lumayan besar, bre. Sekian juta. Untung pakai asuransi. Jadi bisa diproteksi dari situ. Gw nelpon untuk ngomongin dan nanya-nanya soal proteksi asuransi,” kata Lazuardhi, menceritakan pengalamannya tentang manfaat proteksi berupa produk asuransi, kala itu, melalui sambungan telepon.

Pengalamannya itu yang membuat Ardhi, panggilan akrabnya, berencana untuk mencari tahu lebih dalam tentang produk asuransi, terutama asuransi kesehatan. Menurutnya asuransi kesehatan yang dimiliki istrinya, meski merupakan benefit atau fasilitas yang diberikan tempat istrinya bekerja, tidak menghentikan ia memiliki produk asuransi kesehatan dari swasta.

Akan tetapi, ia tidak mau berpuas diri. Dirinya mencoba mendalami apa itu asuransi terutama asuransi kesehatan guna memproteksi dirinya, istrinya, dan anak-anaknya di masa depan. Dirinya sempat bercerita sudah membaca banyak artikel tapi tidak mau berhenti sampai di situ. Ia juga memperdalam pemahamannya kepada mereka yang lebih paham tentang asuransi.

Ardhi mengaku senang karena Lembaga Jasa Keuangan (LJK) sesuai arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya bergotong-royong untuk terus melakukan literasi keuangan dan inklusi keuangan. Langkah itu sedikit banyak membantu seorang suami sekaligus anak-anaknya seperti Ardhi yang melindungi keluarganya menggunakan proteksi diri berupa asuransi.

Cerita singkat Lazuardhi tentu menjadi inspirasi bagaimana asuransi bisa memberikan ketenangan dan perlindungan, terutama ketika ada risiko yang datang. Hal tersebut yang sepertinya membuat industri asuransi di Indonesia termasuk OJK terus memasang mode kebut guna meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

|Baca juga: APBN 2026 Disahkan, Ketua Banggar: Pijakan Penting Menuju Target Pertumbuhan Ekonomi 8%

|Baca juga: Realisasi Pembiayaan APBN Capai Rp425,7 Triliun hingga 31 Agustus 2025

Sebagai salah satu perusahaan jasa keuangan di Tanah Air, Indonesia Financial Group (IFG) sebagai holding BUMN yang menaungi ekosistem asuransi, penjaminan, dan investasi, juga berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Tak hanya yang bersifat konvensional, IFG juga merambah digitalisasi untuk mengoptimalkannya.

Layanan asuransi, penjaminan, dan investasi dalam satu genggaman

IFG menghadirkan aplikasi OnebyIFG, misalnya, yang merupakan platform terpadu yang mengintegrasikan layanan asuransi, penjaminan, dan investasi dalam satu genggaman yang harapannya memberi kemudahan akses proteksi diri di era digital.

Kehadiran aplikasi ini mencerminkan paradigma baru IFG dalam mendekatkan layanan, memudahkan akses, serta memberikan transparansi penuh bagi nasabah di era digital. Bahkan, pertumbuhan pengguna aplikasi OnebyIFG menunjukkan respons positif masyarakat.

Jika pada akhir 2024 jumlah pengguna tercatat 22 ribu maka hingga awal September 2025 jumlah tersebut telah melonjak menjadi lebih dari 257 ribu pengguna aktif per Agustus 2025. Lonjakan tersebut menjadi bukti kuat strategi digital IFG berhasil meningkatkan penetrasi asuransi.

“Sekaligus memperkuat kepercayaan publik terhadap layanan yang ditawarkan,” kata Sekretaris Perusahaan IFG Denny S Adji, dikutip Rabu, 24 September 2025.

|Baca juga: RUU APBN 2026 Disetujui Jadi UU, Pemerintah Siap Genjot Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Beli

|Baca juga: APBN 2026 Disahkan, Ketua Banggar Tegaskan Pertumbuhan Ekonomi RI Harus Inklusif

Ia menambahkan IFG berkomitmen menghadirkan layanan yang tidak hanya memenuhi ekspektasi, tetapi juga menciptakan kepercayaan dan loyalitas jangka panjang. Hal itu dilakukan dengan semangat transformasi dan customer centricity berbasis digital.

“IFG sebagai bagian dari Danantara Indonesia terus memperkuat kontribusi dalam membangun industri keuangan nasional yang lebih tangguh, inovatif, dan inklusif, dengan menempatkan pelanggan sebagai mitra utama dalam perjalanan transformasi,” tuturnya.

Tingkat literasi asuransi di Indonesia pada 2025 tercatat sekitar 45,45 persen menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK bersama Badan Pusat Statistik (BPS). Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara lain yang mencapai 60–70 persen.

Direktur Bisnis Individu IFG Life Fabiola Noralita mengungkapkan rendahnya penetrasi dan literasi asuransi di Indonesia menunjukkan masih besarnya tantangan dalam meningkatkan edukasi keuangan. Kondisi ini perlu ditangani secara gotong royong, baik regulator jasa keuangan maupun para pelaku industri perasuransian di Tanah Air.

Sebagai pemimpin industri di bidang asuransi, lanjut Fabiola, IFG Life berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi, meluruskan miskonsepsi, serta menghadirkan solusi proteksi masa depan yang mudah diakses, komprehensif, dan relevan di setiap tahap kehidupan.

Untuk memahami lebih jelas manfaat asuransi, tambahnya, penting meluruskan beberapa miskonsepsi yang selama ini berkembang seperti klaim asuransi itu sulit dan ribet. IFG Life menegaskan klaim asuransi sebenarnya dirancang untuk mudah, cepat, dan transparan. Bahkan, nasabah IFG Life dapat mengajukan klaim secara digital melalui aplikasi OnebyIFG.

|Baca juga: Sektor Perbankan Wajib Dilirik Investor saat Pelemahan Pasar Saham Berpotensi Berlanjut

|Baca juga: Catat! Ini Jadwal Lengkap Libur Bursa di 2026

Kemudian miskonsepsi yang selama ini berkembang yakni asuransi untuk kalangan tertentu, manfaat asuransi jiwa hanya setelah nasabah meninggal dunia, klaim asuransi sulit di kota kecil, hingga premi asuransi mahal

“Banyak masyarakat yang belum menyadari asuransi bukan sekadar biaya, melainkan investasi perlindungan jangka panjang bagi diri dan keluarga,’’ katanya.

Tidak hanya itu, jika ditelisik lebih dalam, pertumbuhan dan keberlanjutan industri asuransi nasional tidak dapat dilepaskan dari perannya sebagai penggerak stabilitas sistem keuangan nasional. Apalagi jika kondisi tersebut dikaitkan dengan industri asuransi Indonesia dihadapkan pada tantangan struktural yang tidak ringan.

Memasuki semester II/2025, ketidakpastian global, tekanan inflasi, pelemahan daya beli masyarakat, serta peningkatan rasio klaim di sektor asuransi umum, menjadi faktor yang harus direspons dengan kehati-hatian dan strategi adaptif.

Pada konteks itu, Denny memandang, asuransi dapat berfungsi sebagai pelindung risiko yang mendukung keberlanjutan sektor produktif dan perlindungan sosial masyarakat. Dirinya menegaskan industri asuransi kini memikul peran strategis sebagai instrumen keuangan yang memberikan perlindungan terhadap risiko.

“Integrasi kebijakan, pengawasan adaptif, dan literasi publik menjadi fondasi ekosistem terintegrasi,” tuturnya.

Melihat prospek industri asuransi saat ini, Denny menilai peluang tetap terbuka lebar melalui reformasi kebijakan, digitalisasi layanan, serta komitmen pemangku kepentingan dalam membangun sistem keuangan yang berkelanjutan.

“Di tengah tekanan eksternal dan domestik, industri asuransi perlu menata ulang pendekatan bisnis dengan menempatkan tata kelola, inovasi, dan integrasi sebagai fondasi utama,” ucapnya.

Produk asuransi menjadi penopang keamanan ekonomi

PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) juga tidak mau ketinggalan. Sebagai salah satu anggota holding IFG, Jasindo turut menginisiasi kegiatan edukasi literasi asuransi bersama insan media di Bali. Diskusi yang digelar di Denpasar berlangsung interaktif dan menyoroti bagaimana produk asuransi dapat menjadi penopang keamanan ekonomi sekarang ini dan di masa mendatang.

Representative Manager Jasindo Denpasar Erwin Arys Sasongko menjelaskan penopang ekonomi yang dimaksudkan baik bagi masyarakat umum maupun bagi pelaku usaha yang bergerak di sektor pariwisata dan kebudayaan khas Bali. Dalam kesempatan itu, ia menekankan edukasi literasi asuransi harus menyentuh keseharian masyarakat.

Hal itu dinilai penting agar asuransi menjadi bagian dari perlindungan perekonomian masyarakat. “Bali bukan hanya pusat pariwisata, tetapi juga pusat kehidupan ekonomi dan budaya. Dengan literasi asuransi, kami ingin masyarakat memahami proteksi bukan pilihan sekunder, melainkan kebutuhan utama untuk menjaga keberlanjutan usaha, keluarga, dan tradisi,” ujarnya.

Di sisi lain, Jasindo melihat media lokal sebagai mitra strategis dalam membangun kesadaran publik. Melalui informasi yang jernih dan relevan, diharapkan masyarakat Bali semakin menyadari asuransi adalah instrumen penting dalam menjaga keberlanjutan finansial, baik dalam situasi darurat maupun dalam aktivitas sehari-hari.

Di sisi lain, Dewan Asuransi Indonesia (DAI) bersama seluruh asosiasi perasuransian di Indonesia akan kembali menggelar rangkaian agenda dalam memperingati Hari Asuransi yang jatuh pada 18 Oktober setiap tahunnya. Salah satu rangkaian yang paling penting adalah memberikan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat.

Tahun ini, puncak perayaan Hari Asuransi akan bertempat di Westin Nusa Dua, Bali pada Sabtu, 18 Oktober 2025, setelah agenda Indonesia Rendezvous 2025. Selain itu, Hari Asuransi juga akan kembali melaksanakan Literasi Asuransi Untuk Negeri di 15 Kota dengan memberikan literasi asuransi kepada para penggiat UMKM.

Menyelenggarakan edukasi keuangan

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan OJK sejak 1 Januari 2025 hingga 29 Agustus 2025 telah menyelenggarakan 3.920 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau 6.660.530 peserta di seluruh Indonesia.

Platform digital Sikapi Uangmu, yang berfungsi sebagai saluran komunikasi khusus untuk konten edukasi keuangan kepada masyarakat melalui minisite dan aplikasi, telah menerbitkan 230 konten edukasi, dengan total 1.686.134 viewers.

|Baca juga: Harga Saham Merdeka Gold Resources (EMAS) Melesat 25% Usai IPO

|Baca juga: Merajut Senyum UMKM dari Bank SMBC Indonesia untuk Pertumbuhan Ekonomi

Selain itu, tambahnya, terdapat 22.165 pengguna Learning Management System Edukasi Keuangan (LMSKU), dengan total akses modul sebanyak 15.179 kali dan penerbitan 9.352 sertifikat kelulusan modul.

Selanjutnya, melalui Program GENCARKAN, telah dilaksanakan 16.593 kegiatan Edukasi Langsung kepada 4,8 juta orang peserta dan telah dipublikasikan 11.123 konten Edukasi Digital yang ditonton oleh 172,3 juta viewers.

“Upaya peningkatan literasi keuangan tersebut didukung oleh penguatan program inklusi keuangan melalui kolaborasi dalam Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di seluruh provinsi (38 Provinsi) dan kabupaten/kota (514 kabupaten/kota) di Indonesia,” tuturnya.

OJK dan BPS mengumumkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang menunjukkan kenaikan indeks literasi keuangan mencapai 66,46 persen dan indeks inklusi keuangan 80,51 persen. Hasil SNLIK 2025 ini meningkat dari SNLIK 2024 yang menunjukkan indeks literasi keuangan 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan 75,02 persen.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Basis Risk Asuransi Parametrik
Next Post Cuma 13,6 Hari, Klaim RS Cair dari BPJS Kesehatan

Member Login

or