1
1

Minat Meningkat, tapi Kenapa Industri Asuransi Masih Ragu Pakai AI?

Ilustrasi. | Foto: Insurance Asia/MR SOCCER from Shutterstock

Media Asuransi, GLOBAL – Meskipun potensi penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di sektor asuransi semakin luas, namun sayangnya kepercayaan terhadap teknologi ini justru menurun. Laporan Capgemini Research Institute mencatat hanya empat persen perusahaan asuransi yang benar-benar mempercayai agen AI sepenuhnya.

Dilansir dari Insurance Asia, Kamis, 24 Juli 2025, dalam laporan tersebut terungkap sebanyak 42 persen perusahaan asuransi bahkan belum menyusun strategi formal untuk penerapan agen AI dalam operasional mereka. Padahal, minat terhadap Agentic AI terus meningkat dan diperkirakan menjadi bagian dari peluang bisnis senilai US$450 miliar.

|Baca juga: Bos AAUI Blak-blakan Beberkan 2 Penyebab Utama Tingginya Capital Flight di Reasuransi

|Baca juga: 6 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Masuk Pengawasan Khusus, Pengamat Beberkan Biang Kerok yang Wajib Dibenahi!

Hingga saat ini, baru satu dari 10 perusahaan asuransi yang telah mengimplementasikan agen AI secara penuh atau sebagian. Sekitar 20 persen lainnya masih berada pada tahap pilot project, sedangkan sebagian besar masih berada dalam fase penjajakan tanpa peta jalan yang jelas.

Bidang yang paling banyak diproyeksikan menggunakan agen AI setiap hari adalah layanan pelanggan (57 persen) dan penjualan (52 persen). Namun, ekspektasi ini belum sejalan dengan tingkat kepercayaan yang ada.

Capgemini mencatat adanya penurunan tingkat kepercayaan terhadap agen AI dari rata-rata 54 persen pada 2024 menjadi 47 persen pada 2025. Isu privasi (50 persen), bias (50 persen), dan transparansi (51 persen) menjadi tiga kekhawatiran utama perusahaan asuransi terhadap teknologi ini.

Sebanyak 26 persen responden meyakini dalam satu hingga tiga tahun ke depan agen AI akan mendampingi tenaga kerja manusia. Sementara itu, 35 persen memperkirakan AI akan beroperasi secara otonom dalam tim yang tetap diawasi oleh manusia.

|Baca juga: Industri Reasuransi Dinilai Perlu Perbaiki Tata Kelola Underwriting hingga Efisiensi Biaya

|Baca juga: Kesadaran Naik tapi Industrinya Masih Tertinggal, OJK Bongkar PR Besar Asuransi RI!

Di sisi lain, tantangan juga datang dari kesiapan internal. Keterampilan teknis seperti pemrograman dan pengembangan perangkat lunak (67 persen) dinilai sebagai kebutuhan utama, disusul dengan keterampilan pengambilan keputusan (60 persen).

Namun, hanya delapan persen perusahaan asuransi yang telah sepenuhnya mengadopsi prinsip etika AI dalam operasional mereka, jauh di bawah rata-rata global sebesar 14 persen.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Masih Melaju di Sesi I Kamis
Next Post Persiapan Pensiun, Perencanaan Income Saat Tak Lagi Produktif

Member Login

or