1
1

Moody’s: Laba Takaful 2022 di GCC Turun

Industri asuransi syariah global. | Foto: Ist

Media Asuransi, GLOBAL – Moody’s Investor Service memperkirakan, penyedia asuransi syariah (takaful) di negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) akan melaporkan penurunan laba bersih gabungan untuk tahun fiskal yang berakhir pada Desember 2022.

Penurunan yang diantisipasi mencerminkan meningkatnya klaim dan biaya, hanya sebagian diimbangi oleh harga yang lebih tinggi.

Dikutip dari Middle East Insurance Review, Moody’s mengharapkan operator takaful GCC, yang saat ini tidak memiliki skala, untuk mempercepat investasi teknologi mereka dan mencari kesepakatan merger dan akuisisi (M&A) untuk membangun massa kritis yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan mematuhi peraturan yang lebih menuntut.

Kemudian, pemulihan ekonomi pasca pandemi di kawasan GCC, yang didorong oleh kenaikan harga minyak dan investasi pemerintah dalam diversifikasi ekonomi, akan mendorong pertumbuhan premi yang lebih cepat.

|Baca juga: Kontribusi Takaful Indonesia Diperkirakan Tumbuh 10% pada 2023

Kenaikan harga menjadi faktor pendukung pada paruh kedua tahun 2022, terutama di lini ritel, karena terjadi diskon besar-besaran selama pandemi. Namun, Moody’s memperkirakan persaingan yang ketat akan membatasi kenaikan harga di masa depan.

Meningkatnya permintaan untuk asuransi kesehatan dan jiwa, penyebaran cakupan asuransi wajib, dan penetrasi asuransi yang masih rendah menunjukkan ruang yang cukup untuk pertumbuhan di masa depan.

Lebih lanjut, pada tahun 2022, peningkatan klaim akibat inflasi dan kembalinya volume klaim ke tingkat normal setelah penurunan terkait pandemi, membuat profitabilitas perusahaan asuransi GCC berada di bawah tekanan.

Faktor penghambat lainnya termasuk dampak buruk dari pasar keuangan yang bergejolak terhadap kinerja investasi, yang diperkuat oleh eksposur perusahaan asuransi yang tinggi terhadap ekuitas dan real estate.

Peraturan yang lebih ketat mengenai tata kelola, risiko dan manajemen modal telah menambah risiko dan biaya kepatuhan, terutama untuk perusahaan asuransi yang lebih kecil.

Moody’s memperkirakan banyak pemain takaful kecil akan mencari peluang M&A (merger & acquistion) untuk membantu mereka memenuhi persyaratan modal dan peraturan lainnya, dan untuk menyebarkan biaya investasi digitalisasi mereka. 
Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Menkeu: Tren Belanja APBN hingga Februari 2023 Positif
Next Post Sambut ASEAN Summit 2023, DBS Group Research Menganalisis Kepemimpinan Indonesia di ASEAN

Member Login

or