“Secara nasional literasi kita masih rendah. Akhir 2022 itu masih di angka 31 persen. Luar biasa peningkatannya dari tahun 2019 yang hanya 19 persen” ujar Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS OJK, Supriyono, dalam webinar “Menghadapi Resesi, Saatnya Persiapkan Proteksi” yang di selenggarakan pada Sabtu, 19 November 2022.
|Baca juga: OJK Gelar Literasi Keuangan di Pesantren
Dia tambahkan, hal tersebut berbanding jauh dengan literasi dan penggunaan bank dan pegadaian di generasi milenial dan Gen Z, asuransi dianggap tertinggal jauh oleh dua industri jasa keuangan tersebut. Bukan hanya itu, secara inklusi (pemanfaatan) produk asuransi kini juga masih rendah yakni di angka 16 persen. Tentu saja hal tersebut menjadi tugas utama para pelaku industri asuransi untuk mendorong peningkatannya.
Dalam sesi yang sama Co-Director Komisi Edukasi DAI, Luskito Hambali, memberikan materi mengenai seberapa penting asuransi bagi milenial. Luskito menjelaskan bahwa saat ini kesadaran asuransi belum menjadi prioritas generasi milenial dan Gen-Z. “Mindset-nya, kalau bisa nanti (untuk membeli asuransi) ngapain harus sekarang?” katanya.
Menurut Luskito peran generasi muda dalam literasi asuransi adalah dengan mengubah mindset diri sendiri dengan memahami fungsi asuransi sebagai proteksi diri, bukan sebagai urusan cuan.
Luskito menjelaskan bahwa kesadaran asuransi pada generasi muda harus dipupuk dari sekarang. Jangan sampai persiapan-persiapan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, harus tertunda karena tidak memiliki asuransi.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News