Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah resmi meluncurkan Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 senilai Rp16,23 triliun sebagai strategi baru untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global. Paket ini ditargetkan mampu membawa perekonomian Indonesia tumbuh 5,2 persen pada akhir 2025.
Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) yang juga Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara menilai paket ini bisa memberi efek positif bagi industri perasuransian.
|Baca juga: Kredit Perbankan Masih Lesu, BI Siapkan Strategi Dongkrak Pertumbuhan Capai 11% di 2025
|Baca juga: BI Beberkan 5 Jurus Jaga Stabilitas Rupiah dan Pertumbuhan Ekonomi RI
Namun demikian, Yulius menekankan, yang paling ditunggu pelaku industri asuransi saat ini adalah langkah konkret pemerintah dalam mengeksekusi program tersebut agar bisa nyata terwujud.
“Paket ini ditunggu, termasuk oleh industri perasuransian. Namun yang ditunggu bukan hanya pengumumannya, melainkan tindakan nyatanya. Sebab, tanpa eksekusi yang jelas, kepercayaan terhadap pembangunan ekonomi bisa melemah, dan ini juga berdampak ke industri asuransi,” ujar Yulius, kepada Media Asuransi, dikutip Kamis, 18 September 2025.
Menurut Yulius fokus paket stimulus yang diarahkan ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), padat karya, serta program magang berbayar untuk mahasiswa bisa memberi dampak langsung bagi bisnis asuransi.
Pasalnya, aktivitas ekonomi dari sektor ini berpotensi menumbuhkan tiga jenis risiko yang selama ini jadi basis utama bisnis asuransi: risiko aset, risiko operasional, dan risiko Sumber Daya Manusia (SDM).
|Baca juga: Pemenuhan Ekuitas Minimum Perusahaan Asuransi pada 2026 Diminta Direlaksasi, Begini Respons OJK
|Baca juga: Tok! BI Rate Turun 25 Bps Jadi 4,75% per September 2025
“Begitu ekonomi bergerak, UMKM bangun pabrik, beli mesin, merekrut pegawai, otomatis risiko makin besar. Aset butuh perlindungan asuransi kebakaran dan bencana. Operasional butuh asuransi tanggung gugat dan uang. Dari sisi SDM, kesehatan dan keselamatan kerja jadi prioritas. Perlindungan SDM yang saya lihat bisa jadi quick win buat industri asuransi,” jelas Yulius.
Yulius meyakini jika ekonomi bergerak sesuai rencana pemerintah maka penyerapan tenaga kerja dan aktivitas produksi bakal melonjak. Hal ini akan memacu permintaan perlindungan asuransi di berbagai lini, dari kesehatan, operasional, hingga aset produktif.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News