1
1

Pasar Reasuransi Asia Diprediksi Tembus US$68 Miliar di 2029, Ternyata Ini Pemicunya!

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Pasar reasuransi di kawasan Asia Pasifik (APAC) diperkirakan bakal meroket menjadi US$68,4 miliar pada 2029. Diharapkan kondisi itu bisa tercapai meski situasi dan kondisi perekonomian dunia sedang tidak menentu

Dilansir dari Insurance Asia, Rabu, 30 April 2025, menurut laporan GlobalData, angka itu tumbuh dari estimasi US$54 miliar pada 2024, dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 4,8 persen. Lonjakan ini ditopang oleh permintaan perlindungan terhadap risiko bencana dan stabilnya harga premi.

Pada 2023, kawasan APAC menyumbang 13,3 persen dari total premi reasuransi global. Tahun ini, pasar reasuransi di wilayah tersebut mulai menunjukkan stabilisasi harga, berbanding terbalik dengan kondisi ‘hard market’ tahun sebelumnya yang ditandai dengan premi mahal dan kapasitas terbatas.

|Baca juga: Pemerintah Bidik Rp10 Triliun dari Lelang Sukuk Negara, Ini Seri yang Ditawarkan!

|Baca juga: Wow! Puradelta Lestari (DMAS) Tebar Dividen Tunai Rp1,4 Triliun

Pertumbuhan pasar ini ditopang oleh dua kekuatan besar: negara-negara dengan pasar asuransi yang sudah matang dan negara-negara dengan potensi pertumbuhan cepat. Di sisi lain, para reasuradur kini semakin berani mengambil risiko penjaminan untuk bencana alam, menandakan kepercayaan yang membaik terhadap potensi kawasan.

Regulasi juga jadi faktor penting yang menopang ketahanan pasar. Beberapa negara, seperti Hong Kong dan Malaysia, mulai mengadopsi rezim modal berbasis risiko serta uji ketahanan terhadap risiko iklim. Negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan juga telah mengadopsi standar pelaporan IFRS 17, yang membantu menjaga stabilitas pengembalian ekuitas.

Meski demikian, kawasan APAC tetap rentan terhadap bencana alam dan ketidakpastian ekonomi. “Ini menjadi tantangan utama yang perlu dihadapi oleh pelaku reasuransi dengan penuh kehati-hatian,” kata Analis Senior Asuransi GlobalData Kumar Sahoo.

|Baca juga: Mirae Asset Gelar Lomba Trading AI di HOTS Championship 2025

|Baca juga: BRImo Catat Transaksi Rp1.599 Triliun di Kuartal I/2025

Sektor lain yang berpotensi jadi sumber pertumbuhan adalah asuransi siber. Secara global, premi asuransi siber diperkirakan naik delapan persen menjadi US$16,6 miliar pada 2025. Namun, kontribusi APAC masih kecil, hanya sekitar delapan persen.

Di sisi lain, permintaan proteksi untuk sektor pertanian dan bencana di China juga meningkat, seiring berkembangnya pasar asuransi utama. Minat terhadap instrumen keuangan berbasis asuransi atau Insurance-Linked Securities (ILS) juga ikut mendorong stabilitas, dengan Hong Kong bersiap menjadi pusat regional.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Oona Insurance (ABDA) Catat Laba Naik ke Rp18,61 Miliar di Kuartal I/2025
Next Post Nilai Bisnis Baru Melonjak 35%, Ping An Kantongi Laba US$5,31 Miliar di Kuartal I/2025

Member Login

or