1
1

Permintaan Asuransi Siber Meningkat Tajam di Tengah Ketegangan Geopolitik

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL — Permintaan terhadap asuransi siber (cyber insurance) terus meningkat seiring meningkatnya ancaman dunia maya akibat ketegangan geopolitik global. Hal ini terungkap dalam survei terbaru GlobalData yang dilakukan di seluruh situs media Verdict pada kuartal III/2025.

Hasil survei menunjukkan 27,4 persen responden menilai asuransi siber akan mengalami kenaikan permintaan tertinggi. Di posisi berikutnya terdapat asuransi risiko politik (25 persen), asuransi rantai pasok (23,8 persen), dan asuransi gangguan bisnis (13,1 persen).

Temuan ini menunjukkan risiko digital kini mulai melampaui risiko politik dan operasional tradisional. Analis asuransi GlobalData Charlie Hutcherson menjelaskan konflik yang masih berlangsung, termasuk perang Rusia–Ukraina, kini juga merambah ke serangan siber terkoordinasi yang menargetkan infrastruktur dan jaringan perusahaan.

“Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah juga memicu lebih banyak serangan siber yang didukung negara dan bersifat hibrida, melampaui batas wilayah konflik,” kata Hutcherson, dalam laporannya yang dikutip dari Insurance Asia, Senin, 3 November 2025.

Menurutnya banyak organisasi kini menyadari insiden siber tidak lagi hanya berasal dari kelompok kriminal, tetapi juga dari eskalasi geopolitik dan aktor negara. Ancaman ini bisa mengganggu rantai pasok, melemahkan ketahanan operasional, dan merusak reputasi, sehingga menimbulkan celah dalam perlindungan asuransi konvensional.

“Karena itu, asuransi siber kini menjadi alat penting dalam strategi transfer risiko,” ujarnya.

Hutcherson menambahkan meningkatnya permintaan membuat perusahaan asuransi perlu menawarkan produk dengan cakupan yang lebih jelas dan dukungan aktif terhadap ketahanan digital, mulai dari pemantauan ancaman secara real time hingga pemulihan cepat usai serangan.

“Dengan anggaran yang semakin ketat di banyak sektor, pembeli akan mencari polis yang memberikan nilai nyata, baik sebelum maupun setelah insiden terjadi,” tukasnya.

Ia menilai perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan pemerintah dan pakar keamanan siber serta berfokus pada langkah pencegahan seperti asesmen kerentanan dan pelatihan karyawan akan lebih siap untuk mengembangkan portofolio asuransi sibernya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tugu Insurance Perkuat Fundamental, Raih Laba Rp594,82 Miliar hingga Kuartal III/2025
Next Post Persaingan Makin Ketat Bikin Premi Asuransi di Negara Ini Terus Turun