Media Asuransi, JAKARTA – Pengamat Asuransi Tri Djoko Santoso menilai ada beberapa penyebab yang membuat pertumbuhan premi asuransi melemah dalam beberapa waktu terakhir. Tidak ditampik, perlu stimulus tambahan agar kinerja industri asuransi bisa terus meningkat di masa mendatang.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode Januari hingga Juni 2025 mengungkapkan premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar 0,57 persen secara tahunan (yoy) yakni dengan nilai Rp87,48 triliun dari yang sebelumnya Rp87,99 triliun.
|Baca juga: Rockfields Properti (ROCK) Catat Pendapatan Rp67,07 Miliar di Kuartal II/2025
|Baca juga: Ini Tanggapan Bos Wahid Rockfields (ROCK) Usai Kena Suspensi dari BEI
“Faktor yang menyebabkan perlambatan dari sisi perusahaan asuransi meliputi kebijakan dalam mengurangi penjualan asuransi kesehatan akibat klaim asuransi kesehatan dan asuransi kredit life yang terlalu tinggi,” ungkap Tri Djoko, kepada Media Asuransi, dikutip Kamis, 7 Agustus 2025.
Selain itu, tambahnya, juga disebabkan kurang agresifnya penjualan produk unitlink oleh industri asuransi akibat adanya peraturan OJK yang baru. Kemudian, masih kata Tri Djoko, melemahnya daya beli masyarakat juga menjadi pemicu melambatnya premi asuransi.
OJK mencatat perolehan premi asuransi jiwa semester I/2025 belum memenuhi separuh dari capaian setahun penuh 2024. Terhitung premi per Juni 2025 baru setara 46,4 persen dari total premi 2024 yang sebesar Rp188,15 triliun.
Perlambatan perolehan premi ini juga seiring dengan munculnya fenomena Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya (Rohana) yang merupakan imbas dari melemahnya daya beli masyarakat. “Ya mungkin saja itu berpengaruh,” ucap Tri Djoko.
|Baca juga: Indef Curiga, Kok Bisa Ekonomi RI Naik tapi Setoran Pajak Malah Jeblok?
|Baca juga: Heboh Ekonomi RI Tumbuh 5,12%! Indef Bongkar Sejumlah Kejanggalan Data BPS di Kuartal II/2025
Lebih lanjut, masih kata Tri Djoko, kondisi ekonomi nasional dan perekonomian global yang saat ini masih dalam kondisi menantang juga menjadi faktor utama yang menekan daya beli masyarakat secara umum, termasuk contohnya pembelian produk asuransi.
“Ya, daya beli masyarakat karena kondisi ekonomi sangat mungkin juga ikut berpengaruh,” tutup Tri.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News