Media Asuransi, JAKARTA – Berbagai kejadian bencana cuaca yang diintensifkan oleh perubahan iklim diperkirakan mengakibatkan kerugian sebesar US$360 miliar pada tahun 2022. Dari jumlah itu, hanya sekitar 40 persen ditanggung oleh penyedia asuransi.
Dikutip dari laman reuter, broker reasuransi Gallagher Re menyampaikan, bahwa dari US$360 miliar, total jumlah kerugian yang diasuransikan diperkirakan mencapai US$140 miliar. Perusahaan asuransi swasta menanggung US$125 miliar dan entitas asuransi publik menanggung US$15 miliar. Ini menjadikan 2022 sebagai tahun kelima sejak 2017 yang melewati ambang batas US$100 miliar untuk perusahaan asuransi.
Badai Ian memimpin biaya kerusakan di Amerika Serikat. Badai itu menimbulkan kerugian hampir US$55 miliar bagi entitas asuransi publik dan swasta, dan kerugian ekonomi keseluruhan sebesar US$112 miliar di Amerika Serikat saja.
|Baca juga: Kerugian Bencana Alam Global yang Diasuransikan Tembus US$132 Miliar
Dikutip dari Pusat Informasi Lingkungan Nasional AS, ada 18 kejadian bencana cuaca dan iklim yang terpisah di negara itu tahun lalu yang masing-masing menimbulkan kerugian lebih dari US$1 miliar.
Di luar Amerika Serikat, peristiwa yang paling mahal dan paling penting dari sudut pandang kemanusiaan adalah banjir monsun di Pakistan. Laporan Bank Dunia memperkirakan kerugian ekonomi sebesar US$15 miliar akibat kerusakan fisik langsung.
Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-27, COP27, menjadi diskusi pertama tentang dana ‘kerugian dan kerusakan’ untuk negara-negara yang sebagian besar terkena dampak peristiwa cuaca yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Untuk melengkapi upaya tersebut, bukan mengganti, kelompok V20 yang terdiri dari 58 negara rentan dan kelompok negara kaya G7 meluncurkan upaya yang disebut ‘Perisai Global’, yang bertujuan untuk memperkuat pembiayaan asuransi dan perlindungan bencana, dengan Pakistan di daftar awal.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News