Media Asuransi, GLOBAL – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sedang mentransformasi deteksi penipuan asuransi sehingga mendorong industri dari sistem reaktif ke pencegahan prediktif dan real-time.
Namun, seiring perusahaan asuransi mengotomatiskan klaim dan analisis lintas polis, kebutuhan untuk menyeimbangkan inovasi dengan privasi dan akuntabilitas etis menjadi semakin mendesak. Pergeseran ini menandai evolusi besar dalam cara perusahaan asuransi memerangi penipuan.
“(AI) beralih dari sistem berbasis aturan statis ke model berbasis pembelajaran dinamis yang dapat mendeteksi perilaku mencurigakan saat itu terjadi,” kata Kepala Pelanggan & Digital APAC Zurich Insurance Roopa Malhotra, dikutip Insurance Asia, Kamis, 13 November 2025.
“Dengan menganalisis data terstruktur dan tidak terstruktur dalam jumlah besar —mulai dari formulir klaim dan faktur hingga gambar dan metadata geolokasi— AI kini dapat mendeteksi pola di seluruh formulir data yang berbeda ini, yang sebelumnya tidak terlihat oleh analis manusia atau sistem lama,” tambahnya.
Teknologi ini juga memungkinkan wawasan lintas polis, dengan indikator penipuan di satu lini asuransi yang menginformasikan lini lainnya. Malhotra mencatat industri ini sekarang bergerak menuju ‘AI agen’, yang memungkinkan otomatisasi ‘seluruh proses menyeluruh’.
Bagi Manajer Senior Keberhasilan Pelanggan Shift Technology Hoe Seng Chia, adopsi AI memiliki tujuan sosial yang lebih luas. “Tujuan kami di sini benar-benar untuk kebaikan masyarakat. Tujuannya adalah melindungi pemegang polis yang jujur dan memastikan bahwa klaim yang sah dibayarkan dengan cepat dan adil,” ujarnya.
“Menjaga premi tetap terjangkau dan mempertahankan rasio kerugian klaim yang berkelanjutan merupakan kunci bagi kelangsungan jangka panjang perusahaan asuransi,” tambahnya.
Namun, kedua pakar sepakat bahwa janji AI bergantung pada kepercayaan. “AI dan privasi data harus berkembang bersama. Yang satu tidak dapat maju secara bertanggung jawab tanpa yang lain,” pungkas Malhotra.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
