Media Asuransi, GLOBAL – Practice of prior authorization, sebuah prosedur yang mengharuskan penyedia layanan medis mendapatkan persetujuan dari perusahaan asuransi sebelum memberikan perawatan atau obat kepada pasien, semakin menjadi hambatan utama dalam sistem perawatan kesehatan di Amerika Serikat.
Hal ini terjadi setelah pembunuhan CEO UnitedHealthcare, Brian Thompson, dan semakin tingginya keluhan terkait cakupan asuransi. Menurut Gabriel Bosslet, seorang pulmonolog di Indiana University School of Medicine, practice of prior authorization kini menjadi salah satu masalah terbesar dalam praktik kedokteran rawat jalan.
|Baca juga: Presdir BFI Finance (BFIN) Francis Lay Sioe Ho Mengundurkan Diri
|Baca juga: Polri Ungkap Hasil Sidang Etik Kasus Pemerasan di DWP, 2 Anggota Dipecat!
“Saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencoba mendapatkan persetujuan obat daripada bertemu pasien dan memberikan diagnosis,” kata Bosslet, dikutip dari The Guardian, Jumat, 3 Januari 2024.
Meskipun practice of prior authorization awalnya dimaksudkan untuk mengontrol biaya obat dan perawatan, namun frekuensinya kini meningkat, termasuk untuk perawatan yang umum dan terjangkau.
“Ini tidak terjadi lima atau tujuh tahun lalu,” kata Bosslet, seraya menambahkan prosedur ini telah berkembang seiring dengan pertumbuhan perawatan terkelola di Amerika Serikat.
Miranda Yaver, seorang ahli kebijakan kesehatan di University of Pittsburgh, mengungkapkan practice of prior authorization telah berkembang pesat bersama dengan pertumbuhan perawatan terkelola di negara tersebut. Beberapa negara bagian dan Washington DC telah mulai mengesahkan undang-undang untuk mereformasi praktik ini.
|Baca juga: IFG Rombak Susunan Direksi dan Komisaris Askrindo
|Baca juga: Sri Mulyani: Asuransi Kerugian, Asuransi Jiwa, hingga Reasuransi Tetap Dapat Fasilitas PPN 0%
Menurut survei dari American Medical Association (AMA), hampir seperempat dokter melaporkan practice of prior authorization menyebabkan kejadian buruk yang serius bagi pasien mereka. Selain itu, rata-rata setiap dokter menerima 43 permintaan practice of prior authorization setiap minggu.
Bosslet, yang juga berpraktik di klinik, mengungkapkan bahwa ia sering kali harus mengajukan banding atas penolakan oleh perusahaan asuransi meskipun staf klinik sudah mengirimkan semua dokumen yang diperlukan. “Seluruh proses ini sepertinya dirancang untuk membuat penyedia menyerah,” pungkas Bosslet.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News