Media Asuransi, GLOBAL – Premi asuransi rumah telah naik sebesar 50% di daerah-daerah berisiko tinggi di Australia. Hal ini terjadi karena pemanasan global meningkatkan frekuensi dan biaya bencana akibat iklim.
Penelitian Institut Aktuaria mengenai keterjangkauan asuransi rumah dan pendanaan untuk biaya banjir, yang dikutip melalui laman The Guarfian pada hari Senin, 14 Agustus 2023, menyebutkan bahwa rata-rata premi asuransi rumah di Australia naik 28% pada tahun ini hingga bulan Maret, dengan rata-rata AU$1.894 di semua negara bagian.
Sedangkan, untuk rumah-rumah properti berisiko tinggi seperti yang berada di daerah rawan banjir, maka premi asuransi rumah tersebut naik 50%. Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam dua dekade terakhir, sehingga menimbulkan kekhawatiran di antara para petinggi perusahaan asuransi bahwa rumah tangga akan meninggalkan asuransi sama sekali karena biayanya yang semakin mahal.
Hampir satu dari delapan rumah tangga di Australia (1,24 juta) sekarang dianggap tertekan oleh keterjangkauan harga premi yang meningkat. Ini berarti mereka menghabiskan lebih dari empat minggu dari pendapatan tahunan mereka untuk asuransi rumah.
Salah satu penulis laporan tersebut, Sharanjit Paddam, mengatakan bahwa rumah tangga-rumah tangga tersebut menghabiskan sekitar AU$4.000 per tahun untuk asuransi, lebih dari dua kali lipat dari jumlah rata-rata. Rumah tangga yang mengalami stres juga biasanya berada dalam kelompok sosial ekonomi rendah, tinggal di daerah regional dan kurang mampu membayar premi yang tinggi.
|Baca juga: Bagaimana Premi Asuransi Pemilik Rumah Ditentukan?
Penelitian ini mengikuti Green Paper yang dirilis oleh lembaga tersebut pada bulan Agustus lalu yang memperingatkan bahwa premi asuransi akan meningkat seiring dengan perubahan iklim, sehingga berdampak tidak proporsional pada rumah tangga yang sudah rentan.
Laporan hari Senin ini menunjukkan bahwa prediksi yang negatif tersebut mulai terbukti. Para penulis penelitian dan Institut Aktuaria telah menyerukan serangkaian rekomendasi kebijakan yang mendesak untuk meringankan beban masyarakat yang menghadapi ancaman banjir, angin topan, dan kebakaran hutan di tengah-tengah krisis biaya hidup. Rekomendasi tersebut mencakup langkah-langkah pengurangan risiko, reformasi pajak berbasis asuransi, subsidi yang ditargetkan, dan langkah-langkah pembagian biaya seperti kumpulan asuransi untuk banjir.
Paddam mengatakan bahwa kenaikan harga selama dua dekade ini disebabkan oleh inflasi biaya pembangunan, kekurangan rantai pasokan, serta meningkatnya kejadian dan tingkat keparahan bencana alam. “Berdasarkan ilmu pengetahuan, kami memperkirakan tekanan keterjangkauan asuransi rumah ini akan terus memburuk karena perubahan iklim,” katanya.
Menurutnya, jika tidak ada tindakan kebijakan yang dilakukan sejak sekarang, maka diperkirakan akan ada lebih banyak orang yang akan meninggalkan asuransi rumah. “Tanpa asuransi, rumah tangga akan kesulitan untuk pulih dari bencana dan pemerintah, pembayar pajak, badan amal, dan banyak sarana dukungan informal akan dibiarkan untuk membantu,” jelasnya.
Penelitian ini menemukan bahwa rumah tangga yang terkena dampak paling parah berada di wilayah sungai utara New South Wales, yang mengalami beberapa kali banjir tahun lalu. Kemudian disusul oleh Queensland Utara dan Australia Barat, karena risiko topan yang tinggi. Dari 171.000 rumah tangga yang dianggap mengalami tekanan paling berat, lebih dari setengah biaya premi asuransi rumah disebabkan oleh risiko banjir sungai.
Para peneliti memperkirakan total premi banjir untuk rumah tangga tersebut, yakni jika diasuransikan secara penuh, adalah AU$1,5 miliar per tahun, atau rata-rata AU$8.800 per rumah tangga. “Saat ini, AU$1,5 miliar adalah ukuran masalahnya. “Itu adalah perkiraan kami untuk asuransi banjir yang sudah bisa dianggap tidak terjangkau,” kata Paddam.
Kepala eksekutif Institut Aktuaria, Elayne Grace, mengatakan bahwa tekanan keterjangkauan asuransi banjir sudah sangat akut dan masalah ini perlu segera diatasi. “Kita perlu mengatasi masalah ini secara holistik, dengan serangkaian kebijakan yang dirancang dengan baik untuk mencapai manfaat jangka panjang bagi semua warga Australia,” katanya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News