Media Asuransi, JAKARTA – Pada tahun ini terjadi beberapa serangan ransomware. Namun, Allianz Commercial melihat bahwa kerugian yang ditanggung asuransi dari serangan-serangan ini telah berkurang hingga saat ini di tahun 2025.
Kemampuan deteksi dan respons yang meningkat dari pihak tertanggung membantu menghentikan beberapa serangan pada tahap awal. Setiap langkah yang diambil penyerang dan setiap menit mereka berada dalam sistem, dampaknya meningkat secara eksponensial.
“Biaya serangan ransomware yang berkembang menjadi pencurian data dan enkripsi dapat 1.000 kali lebih tinggi daripada insiden yang terdeteksi dan diatasi pada tahap awal,” kata Kepala Klaim Siber Global Allianz Commercial, Michael Daum, dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 25 September 2025.
|Baca juga: Serangan Ransomware Diramal Bakal Capai Rekor Tertinggi pada 2024
Serangan ransomware menyumbang sekitar 60 persen dari nilai klaim besar selama paruh pertama tahun 2025. Insiden-insiden besar di berbagai industri menyoroti ancaman yang terus berlanjut, meskipun ada tanda-tanda bahwa koordinasi internasional antara lembaga penegak hukum dan penguatan keamanan siber oleh perusahaan besar mulai memberikan dampak positif.
|Baca juga: Mengenal Bahaya Ransomware dan Bagaimana Cara Menghindarinya!
Para penyerang juga beralih fokus ke perusahaan kecil, yang umumnya kurang tangguh dibandingkan perusahaan multinasional, serta perusahaan di wilayah lain, seperti Asia atau Amerika Latin. Menurut data Verizon, ransomware terlibat dalam 88 persen pelanggaran data di perusahaan kecil dan menengah dibandingkan dengan 39 persen di perusahaan besar.
Seiring dengan peningkatan kemampuan respons perusahaan besar, beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran dari serangan ransomware yang murni berbasis pemerasan menjadi pemerasan ganda yang mencakup pencurian data. Tercatat sekitar 40 persen dari nilai klaim siber besar pada paruh pertama 2025 melibatkan pencurian data, naik dari 25 persen sepanjang 2024.
Kerugian yang melibatkan pencurian data lebih dari dua kali lipat nilai kerugian tanpa pencurian data. Biaya rata-rata kebocoran data global mencapai rekor tertinggi hampir US$5 juta pada 2024, didorong oleh faktor-faktor seperti dampak regulasi privasi data yang lebih ketat.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News