Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah resmi mengalokasikan dana jumbo sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Kebijakan tersebut disebut-sebut bakal menjadi langkah strategis untuk memperkuat likuiditas perbankan sekaligus mendorong penyaluran kredit ke sektor produktif.
Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) yang juga Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara menilai keputusan ini berpotensi memberi dorongan besar bagi industri asuransi.
|Baca juga: Garuda Indonesia (GIAA) Blak-blakan kepada BEI tentang Merger dengan Pelita Air
|Baca juga: OJK Diramal Restui Relaksasi Pemenuhan Ekuitas Minimum Industri Asuransi di 2026
Yulius menyebut dana jumbo tersebut akan memaksa perbankan segera menyalurkan kredit ke berbagai sektor, termasuk ke pembiayaan yang bersinggungan langsung dengan asuransi. “Kalau uang sebesar itu masuk ke bank, mereka harus segera menyalurkannya,” ujar Yulius kepada Media Asuransi, dikutip Kamis, 18 September 2025.
“Pemikiran saya, kemungkinan akan diarahkan ke sektor konsumtif dalam jumlah besar. Misalnya pembiayaan kendaraan bermotor lewat leasing, peer-to-peer lending, atau kanal pembiayaan lainnya. Ini peluang bagi industri asuransi karena kredit dan asetnya akan ikut terproteksi,” tambah Yulius.
Ia menambahkan potensi ini tidak hanya menyentuh asuransi kredit saja, tetapi juga meliputi asuransi jiwa kredit, asuransi aset, hingga asuransi properti jika pembangunan padat karya ikut terdorong. Apabila kredit bergerak, lanjutnya, asuransi kredit dan asuransi aset akan ikut berjalan sehingga memberi double impact bagi industri perasuransian.
Lebih lanjut, Yulius menilai, langkah pemerintah ini bisa menjadi quick win bagi industri keuangan asalkan eksekusinya berjalan tepat sasaran. Ia mengingatkan agar penyaluran dana tidak hanya berhenti di investasi Surat Berharga Negara (SBN) yang berputar di lingkaran pemerintah saja, melainkan benar-benar masuk ke sektor riil agar ekonomi bisa bergerak lebih cepat.
|Baca juga: IHSG Bakal Melemah Berkepanjangan Usai Sri Mulyani Lengser? Begini Jawaban Tegas Analis!
|Baca juga: Geger Indomie Soto Banjar Dilarang di Taiwan, Ini Penjelasan Indofood CBP (ICBP)
|Baca juga: Jasa Marga (JSMR) Cetak Laba Rp1,9 Triliun di Semester I/2025
“Kalau hanya diputar di SBN, masyarakat bisa kecewa karena dampaknya ke ekonomi riil tidak terasa. Harapannya, dana ini benar-benar mengalir ke sektor produktif dan memberi efek berganda, termasuk bagi asuransi,” kata Yulius.
Yulius menilai kanal-kanal pembiayaan yang sudah ada seperti fintech dan lembaga leasing akan mempercepat penyaluran dana tanpa perlu menunggu infrastruktur perbankan baru. Dengan begitu, pergerakan ekonomi bisa lebih cepat, dan industri asuransi akan ikut mendapat manfaat dari perlindungan aset maupun pembiayaan kredit yang meningkat.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News