Media Asuransi, GLOBAL – Pasar asuransi tanaman global diproyeksikan tumbuh sebesar US$14,82 miliar, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 6,63 persen antara tahun 2022 dan 2027. Asia Pasifik diperkirakan akan menyumbang 31 persen dari pertumbuhan pasar. Hal ini menurut pengamatan lembaga riset pasar Technavio.
Hasil riset yang dikutip di laman insuranceasia.com, Selasa, 24 September 2024, menyebutkan bahwa pendorong utama untuk ekspansi ini termasuk meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrem yang terkait dengan pemanasan global.
|Baca juga: AM Best: Premi Asuransi Tanaman di AS US$21,5 Miliar, Rekor Tertinggi
Amerika Serikat memimpin secara global dalam pembelian asuransi tanaman, dengan program federal seperti Program Perlindungan Tanaman Pandemi (Pandemic Cover Crop Program/PCP) dari USDA yang menawarkan manfaat premi hingga US$5 per hektare untuk tanaman yang memenuhi syarat.
Cuaca ekstrem seperti kekeringan, hujan lebat, dan kebakaran hutan semakin sering terjadi, yang berdampak buruk pada produksi pertanian di seluruh dunia.
|Baca juga: USAID ACTIVE Bekerja Sama dengan PISAgro dan AAUI Dorong Peningkatan Adopsi Asuransi Pertanian Di Indonesia
Di Amerika Serikat, para ilmuwan telah mengidentifikasi hubungan yang kuat antara perubahan iklim dan kejadian-kejadian tersebut, yang telah mendorong peningkatan permintaan asuransi tanaman untuk mengurangi kerugian finansial. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan pasar selama periode perkiraan.
Namun, rendahnya kesadaran akan asuransi tanaman, terutama di kalangan petani kecil, menjadi tantangan tersendiri. Di banyak negara berkembang, adopsi asuransi tanaman masih rendah karena terbatasnya pengetahuan dan akses.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News