Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi di Amerika Serikat menghadapi tantangan yang signifikan karena kekurangan pekerja terampil, dengan proyeksi dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa industri ini dapat kehilangan sekitar 400.000 pekerja melalui pengurangan tenaga kerja pada tahun 2026.
Dilansir dari Insurance Business, masalah ini diperparah oleh tenaga kerja yang menua, dengan banyak karyawan yang mendekati masa pensiun. Perusahaan konsultan RSM menyoroti pergeseran demografis ini, yang terjadi dengan latar belakang perubahan teknologi yang cepat, pergeseran peraturan, dan preferensi pelanggan yang terus berkembang.
Kesenjangan talenta ini menggarisbawahi pentingnya perencanaan suksesi yang efektif untuk memastikan kesinambungan dalam peran kepemimpinan dan posisi penting lainnya. Nilai pengalaman di sektor asuransi berarti bahwa kesenjangan dalam perencanaan dapat membahayakan kepercayaan nasabah dan berdampak pada pendapatan jangka panjang.
|Baca juga: Triple-I: Dampak Inflasi Sangat Terlihat Pada Perusahaan Asuransi AS
Industri ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesenjangan pengetahuan dan keterampilan, kekurangan talenta yang lebih luas, dan kebutuhan untuk mengadopsi teknologi baru. Jika tidak diatasi, hal ini dapat menyebabkan kerugian kompetitif, inefisiensi operasional, peningkatan risiko peraturan, dan kesulitan dalam mempertahankan pelanggan, yang berpotensi membahayakan keberlanjutan bisnis.
Keahlian apa yang dibutuhkan dalam industri asuransi?
Ada permintaan yang terus meningkat untuk keterampilan dalam analisis data, keamanan siber, dan pemasaran digital, dengan kemampuan yang berhubungan dengan data menjadi sangat penting. Perusahaan asuransi semakin banyak menggunakan data mereka untuk mendapatkan wawasan untuk penilaian risiko, deteksi penipuan, dan segmentasi pelanggan.
Lebih dari 50% penyedia asuransi secara aktif merekrut tenaga ahli analitik data, seperti yang dilaporkan oleh perusahaan perangkat lunak produktivitas ZipDo. Tren ini menyoroti peran penting data analitik dalam beradaptasi dengan era digital, mendorong inovasi, membuat keputusan bisnis yang tepat, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.
Namun, efektivitas pendekatan berbasis data bergantung pada faktor-faktor seperti kualitas data, kesesuaian model dan algoritme, serta tujuan aplikasi tertentu. Ketidakcukupan di bidang-bidang ini dapat membuat perusahaan terekspos pada klaim palsu dan penilaian risiko yang tidak akurat, yang memengaruhi kinerja keuangan dan reputasi.
|Baca juga: Perusahaan Asuransi AS Bersiap untuk Klaim Idalia, UBS Perkirakan Biaya US$9,36 Miliar di Florida
Pengetahuan khusus dalam hukum asuransi, kerangka kerja kepatuhan, dan praktik manajemen risiko, ditambah dengan pemahaman tentang strategi data, sangat penting untuk peran seperti penjaminan asuransi dan penyesuaian klaim. Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengantisipasi penurunan profesi-profesi ini dari tahun 2022 hingga 2032 karena otomatisasi dan peningkatan efisiensi.
Integrasi teknologi baru dan alat digital menghadirkan tantangan bagi tenaga kerja yang menua dan mungkin kurang menguasai teknologi. Mempromosikan budaya pembelajaran dan pengembangan keterampilan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi tantangan tenaga kerja ini secara efektif.
Adopsi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan analisis data dapat merampingkan operasi, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan pengalaman karyawan. Merangkul inovasi semacam itu memposisikan perusahaan asuransi sebagai entitas yang modern dan berpikiran maju, yang berpotensi menarik generasi muda yang menghargai lingkungan kerja yang berpusat pada teknologi.
“Analisis data, keamanan siber, dan pemasaran digital adalah keterampilan yang kami perkirakan akan semakin diminati seiring dengan tekanan tenaga kerja yang terus berlanjut. Namun, keahlian yang berhubungan dengan data, khususnya, akan menjadi sangat penting bagi berbagai fungsi bisnis perusahaan asuransi,” kata analis senior layanan keuangan RSM AS, Marlene Dailey.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News