Media Asuransi, GLOBAL – Ancaman bencana alam yang terus berubah dan pasar siber yang berkembang pesat telah membuat seni underwriting menjadi lebih penting dari sebelumnya, dan merupakan sesuatu yang menyatukan seluruh pasar reasuransi.
Hal tersebut disampaikan oleh anggota dewan manajemen Munich Re, Achim Kassow pada pidato pembukaannya di hari kedua Singapore International Reinsurance Conference (SIRC).
Kassow menekankan bahwa Singapura dan kawasan Asia-Pasifik jelas sangat penting bagi para peserta konferensi dan bahwa SIRC merupakan konferensi reasuransi paling penting di Asia yang menyediakan platform utama yang mempertemukan semua orang setelah Monte Carlo Rendez-Vous.
“Kita beroperasi di dunia yang kompleks dan tidak pasti. Kami melihat meningkatnya globalisasi, ekspektasi inflasi yang berlaku, inflasi sosial, ketidakpastian geopolitik, dan perubahan tren di tingkat lokal,” kata Kassow sebagaimana dilansir dalam pemberitaan Intelligent Insurer.
|Baca juga: Melihat Prospek Pasar Asuransi Jiwa dan Umum di Indonesia 5 Tahun ke Depan
“Dalam konteks ini, kami memperkirakan pasar reasuransi global akan mengalami sedikit peningkatan dalam pertumbuhan tahunan rata-rata,” tambahnya.
Kassow menyoroti sejumlah topik spesifik yang harus diperhatikan oleh pasar. Pertama, ia mengatakan, sangat penting bagi asuransi dan reasuransi untuk tetap akurat dalam memperkirakan inflasi, dan bagaimana hal itu akan berkembang. Ia mengakui bahwa inflasi sudah mulai turun, tapi ia menunjukkan bahwa rata-rata inflasi harga konsumen di banyak negara industri kemungkinan besar akan tetap berada di atas target bank sentral.
“Bahkan skenario dasar masih jauh di atas tingkat inflasi yang telah terlihat dalam beberapa tahun terakhir, meningkatkan jumlah ketidakpastian. Banyak risiko yang berubah, dengan contohnya adalah bahaya alam. Tidak ada alasan kuat untuk mengasumsikan bahwa tren bencana alam yang semakin sering dan semakin parah akan berhenti atau bahkan berbalik dalam waktu dekat,” kata dia.
Dia secara khusus menyoroti berbagai badai angin di Asia pada tahun 2023 dan gempa bumi dahsyat di Turki dan Maroko sebagai contoh bencana yang terjadi baru-baru ini. Ia juga mengingatkan bahwa bahaya sekunder, seperti banjir dan kebakaran hutan, masih jauh dari kata sekunder dalam hal besaran kerugian.
Kerugian dari kejadian-kejadian ini sekarang menyerupai kerugian yang dilaporkan dari kejadian-kejadian besar. Selain itu, biaya perbaikan telah meningkat secara signifikan, juga karena inflasi.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News