Media Asuransi, GLOBAL – Para pemilik bisnis kini berfokus pada persiapan menghadapi hal-hal yang tidak dapat diprediksi karena kekhawatiran asuransi bisnis mereka tidak akan mencakup kerugian tertentu. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh broker asuransi, Gallagher.
Dalam survei yang melibatkan 1.000 pemilik bisnis di Amerika Serikat, sebanyak 80 persen peserta menyatakan kekhawatiran asuransi bisnis mereka tidak akan mencakup kejadian atau kerugian tertentu, seperti kondisi cuaca ekstrem atau serangan siber.
Survei ini juga menemukan 91 persen pemilik bisnis khawatir terhadap ancaman kondisi cuaca ekstrem atau bencana alam dan dampaknya terhadap bisnis. Sementara itu, 69 persen mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak serangan siber terhadap operasi bisnis mereka. Namun, hanya 32 persen dari pemilik bisnis yang disurvei memiliki cakupan asuransi siber.
Selain itu, 68 persen peserta survei menyatakan kekhawatiran mendalam tentang gangguan rantai pasokan dan dampaknya terhadap bisnis mereka. Sebanyak 63 persen menyatakan sangat khawatir tentang bagaimana hasil pemilu akan memengaruhi bisnis mereka.
|Baca juga: Berikut Update Terbaru Jiwasraya, Indosurya, AJB Bumiputera 1912, Kresna Life, dan Wanaartha Life
Ketua, Presiden, dan CEO Gallagher J Patrick Gallagher mengatakan dunia berubah dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setiap hari tampaknya ada risiko baru yang muncul sebagai hal besar berikutnya.
“Seiring kita menghadapi tantangan ini untuk membantu bisnis dari segala ukuran, penting untuk terus mempertimbangkan dan mengembangkan cara-cara di mana kita mengurangi risiko dan membantu melindungi hal-hal yang paling penting,” ungkapnya, dikutip dari laman Reinsurance News, Kamis, 13 Juni 2024.
“Menemukan mitra yang tepat untuk memastikan perlindungan yang disesuaikan adalah cara yang bagus untuk mengurangi kekhawatiran tersebut,” tambahnya.
Survei ini juga mengungkapkan 81 persen pemilik bisnis berencana untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan investasi dalam kecerdasan buatan (AI) pada 2024, dengan tujuan membuka jalur baru guna pertumbuhan dan efisiensi. Namun, pertumbuhan AI membawa risiko AI.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News