Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi global masih tertinggal dalam pemanfaatan analitik untuk pengambilan keputusan. Hal itu dengan banyak perusahaan belum memiliki pandangan menyeluruh terhadap risiko maupun kinerja mereka.
Melansir Insurance Asia, Rabu, 19 November 2025, laporan Risk.net yang disponsori SAS mengungkapkan 38 persen eksekutif senior asuransi tidak yakin organisasi mereka memiliki gambaran risiko, pendapatan, dan biaya secara real time.
Studi yang melibatkan 350 eksekutif asuransi dari berbagai negara itu menunjukkan meski 85 persen responden menilai perusahaannya memiliki strategi yang jelas, namun banyak yang meragukan kesiapan struktur, proses, dan teknologi untuk mendukung implementasinya.
Hambatan utama datang dari kualitas data yang buruk, yang disebut sebagai penghalang terbesar pengambilan keputusan oleh 41 persen responden. Selain itu, kurangnya kolaborasi serta ketidakjelasan kepemilikan tanggung jawab juga menjadi kendala besar, masing-masing disebut oleh 36 persen pimpinan.
Laporan tersebut juga menyoroti sejumlah fungsi penting masih belum sepenuhnya berbasis data. Lebih dari 40 persen keputusan klaim masih mengandalkan penilaian subjektif, bukan analitik mendalam. Sebaliknya, fungsi manajemen keuangan dan pelaporan regulasi tercatat lebih maju, dengan lebih dari 70 persen keputusan sudah didukung analitik.
Para pemimpin industri dalam survei itu menyebut ketidakpastian ekonomi (55 persen), perubahan regulasi (41 persen), inovasi teknologi (35 persen), dan tekanan biaya (34 persen) sebagai tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan asuransi saat ini.
Di sisi lain, tim teknologi dan data dalam perusahaan asuransi juga menghadapi keterbatasan anggaran. Sebanyak 60 persen responden menyatakan minimnya pendanaan menghambat percepatan adopsi analitik, sehingga transformasi berbasis data berjalan lebih lambat dari yang dibutuhkan industri.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
