Media Asuransi, JAKARTA — Laporan terbaru Sollers Consulting bertajuk ‘Beneath the Surface of AI in Insurance‘ menyebutkan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini telah menjadi bagian umum dalam industri asuransi, terutama dalam proses pengelolaan klaim.
Namun, kesiapan antarperusahaan dalam mengadopsi teknologi ini masih menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Dalam laporan tersebut, perusahaan konsultan bisnis dan teknologi asal Eropa itu mengungkapkan hasil wawancara mendalam dengan perwakilan dari 35 perusahaan asuransi di lima kawasan Eropa dan Amerika Utara.
|Baca juga: Pengamat: Cakupan Perlindungan Program Penjaminan Polis Asuransi Harus Dipahami dengan Jelas!
|Baca juga: HSBC Resmikan Wealth Center WTC 1 Jakarta untuk Manjakan Nasabah Premier
AI disebut telah mengubah sejumlah proses kunci di industri asuransi, khususnya klaim dan back-office, serta meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan. Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, teknologi ini diperkirakan juga akan merevolusi proses underwriting dan menciptakan penetapan harga yang lebih personal bagi nasabah.
Meski pemanfaatan AI terus berkembang, namun laporan Sollers menyoroti masih lemahnya tata kelola di sejumlah perusahaan. Sebanyak 26 persen perusahaan yang disurvei bahkan belum memiliki model tata kelola formal untuk penerapan AI.
“Perusahaan asuransi yang gagal membangun struktur tata kelola untuk mendukung transformasi AI berisiko tertinggal di pasar yang semakin bergerak menuju otomasi dan pengambilan keputusan prediktif,” ujar Business Architect Sollers Consulting Piotr Kondratowicz, dikutip dari Asia Insurance Review, Kamis, 23 Oktober 2025.
Studi tersebut juga mengungkapkan 64 persen perusahaan asuransi telah menggunakan AI untuk mendukung proses manajemen klaim, seperti deduplikasi dokumen dan penyortiran email otomatis. Namun, tingkat otomasi di bagian underwriting masih jauh tertinggal.
|Baca juga: HSBC Nilai Persaingan Antarbank Tetap Sehat di Tengah Kucuran Rp200 Triliun ke Himbara dan Penurunan BI Rate
|Baca juga: BI Rate Turun, Ke Mana Nasabah Tajir HSBC Mengalihkan Dana Investasinya?
Teknologi ekstraksi data menjadi fungsi yang paling sering menggunakan AI, diadopsi oleh 69 persen perusahaan, diikuti penggunaan chatbot (60 persen). Sementara itu, penerapan AI untuk dukungan call center masih terbatas, baru mencapai 38 persen.
“AI saat ini terutama digunakan untuk mengotomatisasi pengambilan data, pemrosesan dokumen, dan sebagian proses klaim. Namun dalam tiga tahun ke depan, kami akan melihat ekspansi besar ke proses underwriting, penetapan harga, serta area yang langsung berhadapan dengan pelanggan seperti penawaran produk dan layanan digital,” pungkas Kondratowicz.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
