Media Asuransi, GLOBAL – Survei dari Asosiasi Asuransi Umum Jepang atau General Insurance Association of Japan (GIAJ) mengungkapkan meskipun mayoritas 75 persen masyarakat Jepang masih menganggap klaim asuransi yang curang sebagai hal yang tidak dapat diterima, namun tingkat toleransi terbilang masih tinggi dari pelanggaran yang kecil.
Melansir Insurance Asia, Jumat, 11 Juli 2025, GIAJ telah menyuarakan keprihatinan atas pergeseran sikap masyarakat terhadap penipuan asuransi, berdasarkan hasil survei terbarunya-yang pertama kali dilakukan sejak 2012.
|Baca juga: OJK Bidik Pembiayaan Multifinance di Sektor Produktif Capai 48%, Ini Strateginya!
|Baca juga: OJK Sebut Masih Ada Multifinance dan Pindar yang Belum Penuhi Modal Minimum, Berapa Jumlahnya?
Selain itu, survei 2025 dilakukan setelah kasus penipuan tingkat tinggi yang melibatkan mantan Big Motor Co bertujuan untuk mengukur kesadaran publik saat ini dan menginformasikan tindakan pencegahan industri di masa depan.
Khususnya, orang-orang berusia belasan dan 20an secara konsisten cenderung tidak menganggap klaim penipuan sebagai sesuatu yang salah, justru menandakan penurunan kesadaran generasi terhadap pelanggaran terkait asuransi.
GIAJ juga menyoroti hampir 60 persen responden tidak menyadari perusahaan asuransi dan badan-badan industri secara aktif bekerja untuk memerangi penipuan asuransi. Kurangnya visibilitas ini mungkin berkontribusi terhadap kesalahpahaman yang terus berlanjut.
|Baca juga: OJK Siapkan POJK Baru Perkuat Ekosistem Asuransi Kesehatan, Tidak Hanya Mengatur Co-Payment!
|Baca juga: OJK Sebut Implementasi PSAK 117 di Industri Asuransi Masih Harus Banyak Perbaikan
Selain itu, lebih dari 10 persen responden yang meyakini klaim penipuan tidak memiliki korban. Lebih lanjut, hanya 43,6 persen yang mengakui klaim semacam itu juga merugikan pemegang polis, bukan hanya perusahaan asuransi.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News