1
1

Survei Manulife: Masyarakat Indonesia Lebih Mengutamakan Kualitas Hidup daripada Usia Panjang

Gedung Manulife Indonesia. | Foto: Manulife Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Manulife merilis hasil survei Asia Care Survey 2025 yang mengungkap perubahan signifikan cara masyarakat Indonesia dalam memaknai longevity atau usia panjang.

Survei ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin memprioritaskan kualitas hidup termasuk kebebasan finansial, kesehatan fisik dan mental, serta kemampuan untuk hidup mandiri dibandingkan dengan sekadar memperpanjang usia hidup.

|Baca juga: Jualan di Shopee & Tokopedia Bakal Kena Pajak! Sri Mulyani Buka Suara

|Baca juga: Pemerintah Minta Tarif AS ke Indonesia Jangan Dilihat seperti Skor Sepak Bola

Sebanyak 56 persen responden Indonesia menyatakan kebebasan finansial dan kemampuan untuk tetap aktif secara fisik, mental, dan sosial lebih penting daripada hidup lebih lama. Hanya enam persen yang memilih memaksimalkan usia hidup sebagai harapan utama mereka di masa tua.

Presiden Direktur Manulife Indonesia Lauren Sulistiawati mengungkapkan konsep hidup sehat di usia lanjut telah berubah bagi masyarakat Indonesia. Usia panjang bukan hanya soal bertahan hidup lebih lama, tetapi tentang bagaimana menjalani hidup yang bermakna dan mandiri.

“Manulife berkomitmen untuk membantu masyarakat Indonesia untuk hidup sehat dan sejahtera melalui solusi yang holistik, mencakup kesehatan, dan perencanaan keuangan jangka panjang,” kata Lauren, dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 31 Juli 2025.

Sebanyak 84 persen responden Indonesia sepakat menjadi sehat berarti mampu hidup mandiri dan melakukan hal-hal yang penting bagi mereka, bukan sekadar bebas dari penyakit. Hampir 64 persen dari kelompok usia 25–44 tahun sudah mulai mengalami masalah kesehatan fisik atau mental yang memengaruhi gaya hidup mereka.

|Baca juga: Dulu Merugi, KB Bank (BBKP) Cetak Laba Bersih Rp373 Miliar di Semester I/2025

|Baca juga: Jalin Health: Kecerdasan Buatan Bantu Industri Kesehatan dan Asuransi

Meskipun begitu, 82 persen responden merasa upaya menjaga kesehatan yang mereka lakukan sudah cukup —angka ini 20 persen lebih tinggi dari rata-rata di Asia. Namun, survei juga menunjukkan langkah pencegahan dan pemantauan kesehatan yang dilakukan masih belum merata dan belum menyeluruh.

“Survei ini juga mengungkapkan ketidaksesuaian antara persepsi dan kenyataan terkait kesiapan pensiun di kalangan masyarakat Indonesia,” katanya.

Meskipun 76 persen responden yakin mereka sudah berada di jalur yang tepat dalam mempersiapkan dana pensiun yang cukup, namun ternyata hampir setengah dari responden mengakui jika mereka kehilangan pekerjaan tetapnya hari ini maka mereka hanya akan sanggup bertahan selama kurang dari setahun tanpa bantuan orang lain.

Walau jelas ada kebutuhan untuk mengembangkan kekayaan sebagai bekal pensiun, 73 persen responden Indonesia masih sangat mengandalkan uang tunai dan simpanan bank –yang porsinya secara rata-rata mencapai 49 persen dari total kekayaan mereka.

|Baca juga: Efek Domino Trump Bikin Devisa Ekspor RI Seret, Pemerintah Mulai Panik?

|Baca juga: Ancaman Tarif Trump Cuma Omon-omon? Negosiator RI: Jangankan Kalian, Saya Saja Nggak Tahu Kapan Diberlakukan!

CEO dan Presiden Direktur, Manulife Aset Manajemen Indonesia Afifa mengungkapkan menyimpan uang tunai secara berlebihan dan keengganan untuk berinvestasi pada instrumen yang memiliki potensi pertumbuhan mencerminkan kebutuhan dalam literasi keuangan dan kepercayaan diri.

“Tanpa arahan atau bantuan yang tepat, banyak orang kehilangan kesempatan untuk membangun kekayaan jangka panjang dan menjamin masa depan mereka,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bos BCA (BBCA): Dampak Tarif Resiprokal AS ke Kredit Manufaktur Masih Minim
Next Post Manjakan Nasabah, BCA (BBCA) Umumkan Daftar Penerima Hadiah Gebyar Badan Usaha BCA 2025

Member Login

or