Media Asuransi, GLOBAL – Swiss Re mengimbau industri untuk fokus pada masalah loss creep. Hal itu setelah kejadian bencana alam di Eropa yang menunjukkan kebutuhan mendesak untuk pengaturan cadangan yang lebih tepat setelah kejadian bencana alam.
Raksasa reasuransi ini menjelaskan untuk mencapai hal itu diperlukan penilaian terkini atas apa yang diasuransikan, pengetahuan tentang apa yang diasuransikan, dan aliran informasi yang lebih baik di seluruh rantai nilai asuransi.
Sebuah laporan terbaru dari Swiss Re yakni Kepala Klaim Eropa Barat & Selatan Rita Müller dan Kepala Risiko Bencana Balz Grollimund, yang dikutip dari Reinsurance News, Kamis, 6 Juni 2024, menjelaskan kerugian industri asuransi baru-baru ini merayap setelah kejadian bencana di Eropa mempertaruhkan reputasi industri.
|Baca juga: Bank Mandiri Kian Serius Terapkan Carbon Tracking untuk Capai NZE
Mereka berdua menggunakan contoh badai konvektif dan hujan es yang parah di Italia yang terjadi pada Juli 2023, dan mencatat estimasi kerugian industri dimulai dari US$2,2 miliar, tetapi sejak itu telah berkembang menjadi US$6 miliar yang mengejutkan.
Mereka menjelaskan kerugian merayap adalah contoh luar biasa dari masalah yang mencengkeram industri asuransi, dan salah satu yang harus segera ditangani untuk menjaga reputasi dan ketahanan industri.
“Tren kerugian yang meningkat secara dramatis dari perkiraan awal dan mengakibatkan kerugian yang lebih tinggi dari yang diperkirakan atau loss creep merupakan fenomena di seluruh industri. Meski situasi Italia memberikan contoh sangat nyata, badai hujan es parah bukan satu-satunya bencana alam di Eropa yang menyebabkan loss creep,” tulis Müller dan Grollimund.
Mereka menunjukkan beberapa peristiwa besar lainnya yang telah terjadi di seluruh Eropa selama beberapa tahun terakhir, seperti banjir di 2021 di Jerman, hujan es di Prancis pada musim panas 2022, dan baru-baru ini, gempa bumi yang terjadi di Turki/Suriah pada 2023.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News