Media Asuransi, GLOBAL – Swiss Re Institute memproyeksikan premi asuransi non-jiwa secara global akan mencapai US$4,8 triliun pada 2025, meningkat dari US$4,6 triliun pada 2024. Proyeksi ini tertuang dalam laporan Sigma terbaru bertajuk ‘World Insurance in 2025: a Riskier, More Fragmented World Order’.
Dilansir dari Asia Insurance Review, Jumat, 11 Juli 2025, dari total tersebut, sekitar 85 persen premi diperkirakan berasal dari pasar negara maju, sementara 15 persen sisanya disumbang oleh pasar negara berkembang.
|Baca juga: OJK Sebut 43 Emiten Buyback Saham Tanpa RUPS, Alokasikan Dana Rp22,54 Triliun!
|Baca juga: Siap-siap! OJK Bakal ‘Sentil Keras’ Pindar yang Gagal Jaga Rasio Kredit Macet
Dalam laporan yang disebutkan, kawasan Asia berkembang di luar China diperkirakan mencatat pertumbuhan premi riil tertinggi, yakni 4,8 persen pada 2025 dan meningkat menjadi 5,5 persen pada 2026.
Sementara laju pertumbuhan premi di China diproyeksikan melambat menjadi 5,3 persen dari hampir enam persen pada 2024. Perlambatan ini disebabkan oleh berkurangnya dukungan dari pemerintah daerah, melemahnya permintaan terhadap asuransi komersial, serta dampak tarif yang menekan sentimen konsumen.
Meski demikian, pasar diprediksi masih akan berada dalam kondisi soft market untuk lini personal dan komersial hingga 2026. Situasi ini dipicu oleh tekanan terhadap imbal hasil ekuitas industri asuransi serta ketidakpastian ekonomi global, yang dapat mendorong persaingan harga antar perusahaan asuransi.
|Baca juga: POJK Akses Pembiayaan UMKM Ditargetkan Terbit Agustus, OJK Pede Kredit Kembali Melesat!
|Baca juga: Ketidakpastian Geopolitik Picu Arus Modal Keluar dari Indonesia, Apa Solusinya?
Faktor lainnya seperti potensi peningkatan pendapatan investasi juga disebut berpeluang memperkuat persaingan tarif. Namun, laporan juga mencatat terdapat tren tertentu yang dapat menjadi penahan bagi pelemahan harga lebih lanjut, seperti ketidakpastian klaim akibat kebijakan tarif baru.
Kondisi tersebut diperkirakan memperlambat pertumbuhan premi asuransi komersial dengan sebelumnya mengalami periode panjang hard market. Bahkan, di kawasan Asia Pasifik, tarif asuransi properti komersial mulai mengalami penurunan sejak kuartal II/2024.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News