1
1

Wamen BUMN II : Ada  Tiga Tantangan di Industri Perasuransian

Media Asuransi, JAKARTA – Industri asuransi di Tanah Air masih mengalami banyak tantangan dan harus segera diperbaiki, karena ujungnya nasabah yang mengalami kerugian. Hal ini harus menjadi pelajaran untuk perbaikan, dan bagaimana tata kelola yang baik akan menjadikan industri ini jauh lebih sehat dan stabil kedepannya.

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo, di Ritz-Carlton Jakarta saat membuka acara “Indonesia Re International Conference (IIC) 2022” dengan mengusung tema “Reinsurance and Economic Resilience: Dealing with Climate Change, Pandemic and Geopolitical Challenges” yang diselenggarakan oleh Indonesia Re, di Jakarta, Rabu, 28 September 2022.

Secara garis besar,  Kartika ini mengatakan ada tiga tantangan besar industri asuransi di Indonesia yang harus segera diperbaiki. Menurut pengakuannya, saat ini Kartika harus menangani permasalahan d ibeberapa perusahaan asuransi dan reasuransi milik BUMN.

|Baca juga: Kapabilitas Industri Reasuransi Indonesia Dinilai Kurang Proporsional

Pertama yaitu ketersediaan data. Data ini menjadi penting. Kita harus memiliki statistical database yang dapat memberikan satu forward looking estimations mengenai fitur klaim yang ada di Indonesia.

Kedua yaitu pricing. Menurutnya, pricing memang selalu menjadi tantangan di industri asuransi. “Pasalnya, dinamika persaingan industri di asuransi sering kali memiliki daya tawar dibawah perbankan. Untuk itu harus diperbaiki,” jelasnya.

Ketiga yaitu Risk Based Capital (RBC). Ini menjadi salah satu tantangan yang harus segera diatasi guna memastikan bahwa kesehatan industri baik di asuransi maupun reinsurance mampu meng-cover berbagi risiko masa depan.

Menurut Kartika, industri asuransi terbilang terlambat untuk melakukan perbaikan perbaikan penanganan ini. “Untuk itu, harus dilakukan secara bersama-sama,” katanya.

|Baca juga: Waspadai Potensi Casflow Mismatch di Asuransi Kredit

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, mengatakan bahwa diperlukan kolaborasi atau sinergi banyak pihak untuk menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.

Menurutnya, memang data menjadi peranan penting untuk industri asuransi. Oleh karena itu, pihaknya akan mengembangkan kembali keberadaan BPPDAN untuk mengumpulkan data-data yang memang benar-benar valid.

“Melalui IIC 2022, Indonesia Re akan kembali menggaungkan peran Badan Pengelola Pusat Data Asuransi Nasional (BPPDAN), yang merupakan bagian dari Indonesia Re, sebagai lembaga pengelola data asuransi kebakaran nasional,” katanya.

Direktur Indonesia Re, Delil Khairat, menambahkan bahwa apa yang dikemukakan oleh Wamen II Kartika, menurutnya dari sisi Indonesia Re ketiga hal tersebut merupakan hal yang urgent.  sebagai wujudnya adalah Indonesia Re melakukan revitalisasi terhadap BPPDAN.

Untuk pengembangan BPPDAN terbaru ini, Indonesia Re bekerja sama dengan Swiss Re untuk menganalisa kemampuan analitic.  “Sehingga, nantinya  perusahaa asuransi yang menjadi anggota akan dapat mengaksesnya. Ini soft launching BPPDAN Analitic akan dilakukan pada hari kedua acara ini saat gala dinner,” jelasnya.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Sinergi Bank Muamalat dan Beberapa Lembaga untuk Pemberdayaan Pertanian
Next Post Miliki Kinerja Keuangan yang Solid, Asuransi Astra Dinobatkan sebagai Market Leaders Award 2022

Member Login

or