Media Asuransi, JAKARTA – Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) merilis hasil kajian terbarunya terkait kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional meningkat menjadi 5,12 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan 4,87 persen pada kuartal sebelumnya dan melampaui konsensus pasar sebesar 4,80 persen.
Pencapaian ini menandai laju pertumbuhan tercepat sejak kuartal II/2023, didorong oleh penguatan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) dan konsumsi rumah tangga, meskipun belanja pemerintah masih mengalami kontraksi.
“Pertumbuhan di atas ekspektasi ini mencerminkan ketahanan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global,” kata Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, dalam diskus dengan wartawan secara daring, Senin, 11 Agustus 2025.
Dia jelaskan, investasi swasta, khususnya pada mesin dan peralatan, melonjak signifikan, sejalan dengan meningkatnya impor barang modal dan percepatan sejumlah proyek infrastruktur. “Konsumsi rumah tangga juga tetap solid, didukung oleh momentum hari raya Idulfitri dan Iduladha. Ke depan, tantangan eksternal seperti tensi dagang global masih perlu diwaspadai,” tuturnya.
Sepanjang kuartal II/2025, investasi tumbuh 6,99 persen yoy, tertinggi sejak awal 2021, dengan pertumbuhan signifikan pada kategori mesin dan peralatan sebesar 25,30 persen dan bangunan serta struktur sebesar 4,89 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen yoy, sedikit meningkat dari kuartal sebelumnya, terutama pada sektor transportasi dan komunikasi, makanan dan minuman, serta restoran dan hotel.
|Baca juga: Penyaluran Kredit Permata Bank (BNLI) Tumbuh 7,4% di Semester I/2025
Dari sisi perdagangan luar negeri, ekspor tumbuh 10,67 persen yoy dan impor 11,65 persen yoy, mencerminkan aktivitas front-loading oleh mitra dagang, karena mereka membeli produk impor lebih awal dan menumpuknya menjelang implementasi tarif timbal balik AS. Sektor manufaktur, perdagangan, informasi dan komunikasi, serta konstruksi menjadi kontributor utama pertumbuhan, sementara sektor jasa lainnya mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 11,31 persen.
Josua menuturkan bahwa dengan mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif, PIER memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,8-5,1 persen.
“Pertumbuhan ekonomi pada semester dua diperkirakan akan ditopang oleh belanja pemerintah serta dukungan paket stimulus untuk menjaga konsumsi rumah tangga. Investasi akan ditopang oleh belanja modal pemerintah dan kebijakan moneter yang akomodatif termasuk lanjutan pemotongan suku bunga kebijakan,” katanya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News