1
1

Mengenal Risiko Likuifaksi pada Muatan Cargo Nickel ORE

Media Asuransi, JAKARTA – Jika pada peristiwa gempa bumi di Palu (2018) terjadi fenomena likuifaksi dimana tanah bergerak sendiri dari satu tempat ke tempat lain maka dalam muatan cargo juga dapat terjadi fenomena yang hampir sama.

Mengutip Buletin 2 Mingguan Edisi 7 Volume 1 Oktober 2021 yang diterbitkan oleh Takaful Institue, kejadian muatan cargo yang bergeser (cargo shift) mudah terjadi pada jenis muatan curah (bulk cargo).

Capt. Tugsan dalam jurnalnya Cargo Liquefaction and Dangers to Ships menjelaskan bahwa liquefaction (liquifaksi) adalah suatu proses perubahan bentuk dari bentuk padat atau gas menjadi bentuk cair.

Muatan yang memiliki risiko liquefaction adalah muatan yang mengandung setidaknya beberapa partikel halus dan kandungan embun di dalamnya walaupun muatan tersebut tidak terlihat basah pada permukaan luarnya.

Nickel ore merupakan bahan baku dalam pembuatan logam nikel (unsur dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dengan nomor atom 28). Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek namun jika dipadukan dengan besi, krom, atau logam lain dapat membentuk baja keras dan tahan karat. Di lokasi pertambangan alam, nickel ore berbentuk seperti batu, lumpur, pasir, atau tanah biasa dimana setelah mengalami likuifaksi, nickel ore tersebut akan berbentuk lumpur.

Saat nickel ore ditambang, pada awalnya akan terlihat kering dengan bentuknya yang solid. Begitu juga saat proses muat berlangsung, muatan masih dalam bentuk padat. Namun saat dalam perjalanan dengan kapal pengangkut, muatan nickel ore yang mengalami kondisi guncangan karena gelombang laut dan getaran mesin akan menghasilkan pemadatan muatan.

|Baca juga: Koasuransi Merah Putih Siap Penetrasi Pasar Asuransi Cargo

Ditunjang oleh adanya kelembaban yang tinggi dalam ruangan muat, tekanan air yang melekat pada muatan akan meningkat sehingga mendorong partikel terpisah dari muatan. Selanjutnya, partikel yang lebih berat akan bergerak menuju ke bawah dan partikel yang lebih ringan akan naik ke permukaan.

Kondisi ini menyebabkan muatan akan berperilaku seperti fluida dan menimbulkan efek permukaan bebas (free surface effect).

Dalam kaitannya dengan stabilitas kapal, nickel ore yang mengalami likuifaksi dapat menyebabkan terganggungnya stabilitas kapal. Muatan dapat mengalir ke salah satu sisi kapal dimana tidak dapat sepenuhnya kembali ke posisi semula. Pada kondisi ekstrim, kapal bermuatan nickel ore dapat mengalami terbalik dalam hitungan menit karena diawali oleh peristiwa likuifaksi.

Tingkat kelembaban paling rendah yang dapat menyebabkan likuifaksi disebut Flow Moisture Point (FMP) dimana nilai FMP ini harus ditentukan melalui percobaan laboratorium secara terpisah untuk tiap muatan.

Pada muatan di atas kapal yang memiliki kelembaban lebih tinggi dari nilai FMP, likuifaksi dapat terjadi secara tidak terduga. Risiko ini akan lebih besar terjadi saat pelayaran dalam cuaca buruk di lautan lepas dan kapal melaju dengan kecepatan penuh karena akan menimbulkan getaran mesin yang tinggi.

Oleh karena itu, SOLAS (Safety of Life At Sea) dan IMSBC (International Maritime Solid Bulk Cargoes) Code menggabungkan ketentuan tertentu untuk memastikan bahwa hanya muatan dengan kadar kelembaban rendah yang layak dimuat ke atas kapal.

Nilai ini digabungkan dengan nilai MC (Moisture Content) untuk menghasilkan syarat pemuatan berdasarkan nilai kelembaban muatan curah padat (TML : Transporable Moisture Limit). Secara matematis, TML yang boleh diangkut ke kapal hanya diperbolehkan jika nilai MC kurang dari 90% nilai FMP. 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bank Jago (ARTO) Hadirkan Layanan RDN yang Simpel dan Realtime
Next Post Diisukan Bakal Delisting, Ini Tanggapan Manajemen Garuda (GIAA)

Member Login

or