1

Ekspansi PMI Manufaktur ASEAN pada Maret 2023 Melambat

Beberapa pekerja pabrik kendaraan bermotor sedang merakit motor. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Data terkini PMI dari S&P Global, sektor manufaktur ASEAN mencatat perbaikan lebih lanjut pada kondisi pengoperasian pada akhir triwulan pertama. Namun demikian, laju ekspansi lebih lambat dari bulan Februari, karena perusahaan mencatat pertumbuhan output dan permintaan baru yang lebih lambat.

Sementara itu stok pembelian dan ketenagakerjaan keduanya turun. Kabar baiknya, rata-rata waktu pemenuhan pesanan untuk input lebih cepat untuk pertama kali dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun di perusahaan manufaktur ASEAN.

Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 51,0 pada bulan Maret, turun dari 51,5 pada bulan Februari. Data terkini memperpanjang periode perbaikan kondisi bisnis saat ini menjadi 18 bulan berturut-turut, namun mengarah pada pertumbuhan yang melemah dibandingkan pada bulan Februari yang secara umum perbedaannya hanya pada kisaran marginal.

Data menurut negara menunjukkan bahwa perbaikan kondisi pengoperasian terlihat di empat dari tujuh negara ASEAN, dengan Myanmar memimpin pertumbuhan untuk pertama kali dalam 32 bulan. Bahkan, perbaikan kondisi kesehatan sektor manufaktur Myanmar tergolong tajam, dengan masing-masing PMI mencapai rekor tertinggi 55,5 pada bulan Maret. Thailand turun ke posisi kedua, dengan angka PMI turun ke posisi terendah dalam tiga bulan yaitu 53,1.

|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia pada Maret 2023 Terus Berekspansi

Namun, laju pertumbuhan masih solid secara keseluruhan. Sedikit perlambatan juga dilaporkan di Filipina. Data terkini mencatat angka PMI di titik 52,5 yang menandai kenaikan paling lemah dalam tujuh bulan. Produsen di seluruh Indonesia mencatat perbaikan yang lebih kuat pada kondisi kesehatan sektor manufaktur, meski tergolong sedang namun angka PMI berada di posisi tertinggi dalam enam bulan yaitu 51,9.

Baik Singapura maupun Malaysia mencatat penurunan kondisi bisnis manufaktur pada bulan Maret. Bahkan, manufaktur di seluruh Singapura melaporkan penurunan kuat (PMI di angka 48,9) dibandingkan pada bulan Februari. Sebaliknya, penurunan di Malaysia (48,8) merupakan yang paling lemah sejak periode penurunan saat ini dimulai pada bulan September tahun lalu. Negara dengan kinerja terburuk pada bulan Maret adalah Vietnam, dengan PMI tercatat di angka 47,7.

Sektor manufaktur Vietnam kini mencatat kondisi bisnis yang memburuk dalam empat dari lima periode survei terakhir. Meski angka headline PMI ASEAN bertahan di wilayah ekspansi selama delapan belas bulan berturut-turut, angka 51,0 lebih rendah dari rata-rata pada periode ini.

Namun, pertumbuhan produksi bertahan kuat pada bulan Maret, meski laju ekspansi berkurang dari kondisi bulan Februari. Akibatnya, perusahaan menaikkan aktivitas pembelian mereka sehingga mengakhiri periode kenaikan pembelian input menjadi 18 bulan. Kenyataannya, laju kenaikan merupakan yang tercepat sejak pertumbuhan rekor tercapai pada bulan September 2022.

|Baca juga:  Sektor Manufaktur ASEAN Terus Berekspansi

Arus bisnis baru yang masuk juga naik selama periode survei terkini. Namun demikian, laju pertumbuhan hanya pada kisaran marginal dan lebih lambat dibandingkan sebagian besar bulan pada tahun 2022.

Pada saat yang sama, penumpukan pekerjaan turun selama enam bulan berjalan. Ini terlepas dari penurunan baru dalam pekerjaan, meskipun tergolong kecil. Perusahaan kini telah mengurangi tingkat penyusunan staf dalam waktu tiga dari lima bulan periode survei terakhir.

Berita baiknya, setelah stabil pada bulan Februari, ratarata waktu pengiriman dari pemasok lebih cepat di seluruh sektor manufaktur ASEAN untuk pertama kali sejak bulan Januari 2020. Tekanan rantai pasokan telah mereda secara global. Proses dan logistik semakin membaik, dan dalam beberapa kasus, kondisi permintaan yang menurun membantu para pemasok untuk mewujudkan pengiriman lebih tepat waktu.

Lebih lanjut, perbaikan waktu pengiriman dan kondisi permintaan yang relatif lesu menyebabkan tekanan inflasi lebih longgar. Biaya input naik pada laju paling lambat dalam 28 bulan. Demikian juga, inflasi biaya output berkurang selama lima bulan berjalan, dan mencapai posisi terendah dalam 16 bulan.

Namun demikian, baik pengeluaran maupun biaya output naik tajam secara keseluruhan. Dari segi inventaris, produsen di seluruh wilayah ASEAN melaporkan penurunan lebih lanjut pada kepemilikan inventaris pra dan pasca produksi. Akan tetapi, tingkat penurunan tergolong sedang secara keseluruhan.

Meski terlihat tanda-tanda perlambatan di seluruh wilayah, produsen barang masih tetap optimistis bahwa output akan tumbuh dalam 12 bulan mendatang. Sentimen naik hingga ke posisi tertinggi dalam lima bulan. Namun demikian, kepercayaan diri relatif rendah dari segi data historis.

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan sektor manufaktur ASEAN terus melaporkan perbaikan kondisi bisnis karena triwulan pertama segera berakhir. Kenaikan produksi dan aktivitas pembelian di seluruh wilayah bertahan kuat dan secara historis naik.

“Namun, kami melihat ada kekhawatiran yang dapat menghambat pertumbuhan pada masa mendatang. Penurunan pada bisnis baru yang masuk dan penurunan baru pada ketenagakerjaan menunjukkan kondisi permintaan yang tidak berubah dan para produsen lebih waspada, meski hanya pada kisaran kecil. Namun, optimisme di seluruh wilayah bertahan sangat kuat, dan dengan tekanan inflasi dan rantai pasokan yang berkurang, menjadi pertanda baik pemulihan sektor,” jelasnya.

 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bolttech Jalin Kerja Sama dengan Tune Project Group
Next Post Harga CPO Diperkirakan Akan Tetap Fluktuatif

Member Login

or