Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings menyoroti kerusuhan baru-baru ini di ibu kota Indonesia, Jakarta, dan beberapa lokasi lain di seluruh negeri menunjukkan betapa tingginya tingkat ketidakpuasan publik.
“Protes yang diwarnai kekerasan ini dapat berdampak negatif terhadap profil kredit pemerintah jika hal tersebut menghambat prospek pertumbuhan jangka menengah, atau jika pemerintah berupaya mengurangi ketegangan sosial dengan meningkatkan belanja secara signifikan, yang menambah risiko penyimpangan fiskal di sekitar target anggaran yang baru-baru ini kami soroti,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 5 September 2025.
Demonstrasi atas rencana kenaikan tunjangan bagi anggota DPR meluas dan meningkat setelah seorang sopir pengiriman barang tewas di tangan pasukan keamanan yang dikerahkan untuk melawan para pengunjuk rasa pada 28 Agustus. Setelah kekerasan tersebut, pemerintah mencabut beberapa langkah kontroversial, termasuk kenaikan tunjangan.
|Baca juga: CORE Indonesia Desak Pemerintah Koreksi Kebijakan Imbas Kerusuhan di RI
Meskipun demikian, Fitch meyakini terdapat risiko ketegangan sosial yang dapat berlanjut karena isu-isu yang lebih mendalam kemungkinan akan terus berlanjut, menimbulkan tantangan politik bagi presiden dan koalisi yang berkuasa, bahkan dengan mayoritas parlemen yang besar.
“Demonstrasi baru-baru ini sebagian mencerminkan ketidakpuasan publik yang terus-menerus atas biaya hidup yang lebih tinggi dan kondisi ekonomi yang relatif lemah bagi sebagian besar lapisan masyarakat.”
|Baca juga: OJK Minta Asuransi Percepat Bayar Klaim Dampak Kerusuhan Akhir Agustus 2025
Tekanan tersebut mungkin diperparah oleh realokasi belanja publik dalam skala besar untuk membiayai proyek-proyek prioritas pemerintah, seperti program unggulan makanan gratis. Perubahan kebijakan lain juga telah memicu protes besar pada tahun 2025, termasuk amandemen undang-undang pada bulan Maret yang mengurangi pembatasan keterlibatan militer dalam politik.
Kerusuhan yang terus-menerus dan meluas dapat merugikan prospek pertumbuhan Indonesia jika melemahkan sentimen bisnis dan konsumen. Hal ini dapat meningkatkan tantangan lebih lanjut untuk menarik investasi asing yang lebih besar di saat peluang datang dari pergeseran rantai pasokan global, tetapi juga meningkatnya hambatan eksternal, terutama dari tarif AS yang lebih tinggi.
|Baca juga: CORE Indonesia Ungkap Ketimpangan Ekonomi Jadi Biang Kerok Kerusuhan di RI
Berkurangnya arus masuk FDI dapat meningkatkan ketergantungan Indonesia pada arus portofolio yang lebih volatil untuk membiayai defisit transaksi berjalan (CAD) yang semakin melebar, yang kami proyeksikan sebesar 1,3% dari PDB pada tahun 2025 dan 1,7% pada tahun 2026.
“Meskipun demikian, CAD Indonesia diperkirakan akan tetap moderat dibandingkan standar historis, dan penyangga cadangan devisa yang substansial mengurangi risiko tekanan pembiayaan eksternal.”
Fitch menegaskan peringkat ‘BBB’ Indonesia dengan Outlook Stabil pada Maret 2025. Indikator tata kelola Indonesia lebih lemah dibandingkan negara-negara lain dalam kategori peringkat ‘BBB’, dengan Indikator Tata Kelola Bank Dunia untuk stabilitas politiknya yang sangat rendah dibandingkan dengan median kategori ‘BBB’. (Negara-negara tetangga di kategori ‘BBB’, seperti India dan Filipina, juga mendapat skor buruk pada metrik ini).
“Kami yakin hal ini konsisten dengan pecahnya kerusuhan sosial yang signifikan secara berkala. Terdapat risiko bahwa ketegangan sosial yang berkepanjangan juga dapat membebani area lain di mana Indonesia mendapat skor lebih baik daripada negara-negara tetangganya di ‘BBB’, seperti efektivitas pemerintahan, misalnya jika pembuatan kebijakan ekonomi terdampak negatif.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News