Media Asuransi, JAKARTA – Bencana cuaca diperparah suhu yang sangat tinggi di seluruh dunia di mana suhu rata-rata hingga November sekitar 1,3°C dan di atas suhu pada masa pra-industri (1850-1900) menjadikan 2023 menjadi tahun terpanas sejak pengukuran suhu dimulai. Artinya 10 terakhir adalah yang terpanas dalam catatan.
Fenomena El Nino dan osilasi iklim alami di Pasifik Utara yang berdampak pada cuaca ekstrem di banyak wilayah di dunia berperan dalam suhu tersebut. Namun, para peneliti mengaitkan tren suhu global yang lebih hangat terutama dengan perubahan iklim di mana fluktuasi alami yang memainkan peran lebih rendah.
Chief Climate Scientist Ernst Rauch menjelaskan rekor suhu musiman jatuh satu demi satu pada 2023. Suhu musim semi lebih dari 40°C tercatat di barat daya Eropa (April) dan di Argentina (September), suhu lebih dari 50°C di barat laut Cina, dan suhu malam hari lebih dari 32°C di negara bagian Arizona, Amerika Serikat, pada Juli.
|Baca: KPK Bongkar Dugaan Klaim Asuransi Fiktif, Pelni Buka Suara
“Menurut penelitian, ada hubungan yang jelas dengan perubahan iklim,” jelas Ernst Rauch, dikutip dari laman Munich Re, Rabu, 10 Agustus 2024.
Di banyak wilayah, kebakaran hutan yang besar diakibatkan oleh gelombang panas dan kekeringan. Di Kanada, kebakaran berkobar selama beberapa minggu, menghancurkan 18,5 juta hektare hutan, lebih banyak dari sebelumnya.
Bencana kebakaran hutan
Namun, kebakaran tersebut tidak mencapai kota-kota besar atau fasilitas industri, yang berarti Kanada terhindar dari bencana kebakaran hutan seperti yang terjadi di Fort McMurray pada 2016, di mana kerugian pada saat itu senilai US$4,1 miliar dengan US$2,9 miliar telah diasuransikan.
Pemanasan bumi yang semakin cepat dalam beberapa tahun terakhir ini meningkatkan cuaca ekstrem di banyak wilayah, sehingga meningkatkan potensi kerugian. Lebih banyak air yang menguap pada suhu yang lebih tinggi, dan kelembaban tambahan di atmosfer memberikan energi lebih lanjut untuk badai yang parah.
|Baca: Rugikan Negara Belasan Miliar, KPK Usut Dugaan Korupsi Asuransi di Pelni
“Masyarakat dan industri perlu beradaptasi dengan perubahan risiko. Jika tidak, beban kerugian pasti akan meningkat. Menganalisis risiko dan perubahannya sudah tertanam dalam DNA Munich Re. Hal ini yang memungkinkan kami untuk secara konsisten menawarkan perlindungan asuransi terhadap bencana alam -dan bahkan mengembangkannya,” ucapnya.
“Hal ini memungkinkan kami untuk melindungi sebagian dari kerugian dan meringankan beberapa kesulitan yang ditimbulkan,” pungkas Ernst Rauch.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News