Media Asuransi, GLOBAL – Greenback merosot ke level terendah dalam lima bulan pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB) dan euro menyentuh level tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Hal itu terjadi di tengah ekspektasi The Fed akan segera memangkas suku bunga, namun arus perdagangan akhir tahun yang tipis membatasi pergerakan.
Mengutip The Business Times, Kamis, 28 Desember 2023, dengan banyaknya pedagang yang liburan pada hari libur, volume kemungkinan akan sepi hingga Tahun Baru. Sedangkan indeks dolar AS, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, turun menjadi 101,36 dan merupakan level terendah sejak 28 Juli.
|Baca: Suku Bunga The Fed Diramal Turun, Pesona Emas Dunia Datar
Indeks ini berada di jalur penurunan sebesar dua persen pada 2023 setelah dua tahun mengalami kenaikan kuat yang didorong oleh antisipasi kenaikan suku bunga oleh The Fed. “Secara keseluruhan, dari perspektif global, saya memperkirakan pasar akan tetap tenang,” kata Kepala Ekonom SEB Jens Magnusson.
“Kami masih memiliki pasar ekuitas yang kuat dan kemungkinan akan bertahan hingga Tahun Baru. Jika tidak terjadi apa-apa secara geopolitik maka pasar mata uang tetap tenang selama beberapa hari ke depan,” tambahnya.
Penurunan suku bunga The Fed
Pelemahan dolar AS baru-baru ini –indeks diperkirakan mencatat penurunan dua bulan berturut-turut– dipicu oleh antisipasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed di tahun depan. Hal tersebut akhirnya mengurangi daya tarik mata uang tersebut.
Pasar kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 85 persen mulai Maret 2024, menurut alat CME FedWatch, dengan perkiraan penurunan suku bunga lebih dari 150 basis poin untuk tahun depan. Sedangkan data AS menunjukkan menurunnya inflasi telah memperkuat spekulasi pelonggaran suku bunga tahun depan.
|Baca: Wall Street Lanjutkan Penguatan, Dow Jones Cetak Rekor Baru
“Disinflasi terbukti sudah mengakar (dan) ekspektasi bank sentral akan melakukan perubahan pada tahun depan, sementara pertumbuhan masih berjalan dengan susah payah. Hal ini menggambarkan pasar emas yang menguntungkan bagi proksi risiko, seperti ekuitas dan mata uang berisiko lebih tinggi,” kata Ahli Strategi Mata Uang OCBC Christopher Wong.
Sementara itu, euro naik hampir 0,2 persen menjadi US$1,1061, tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Mata uang tunggal ini naik lebih dari tiga persen pada tahun dan berada di jalur kenaikan untuk bulan ketiga berturut-turut, menyamai kenaikan yang terjadi pada tahun lalu.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News