Media Asuransi, GLOBAL – Meskipun belum ada estimasi resmi terkait kerusakan gempa bumi besar terbaru di Jepang, namun analisis dari Tokio Marine Holdings Equity Research menyatakan bahwa kemungkinannya tidak signifikan bagi perusahaan asuransi.
Gempa bumi berkekuatan 7,6 magnitudo di lepas Pantai Noto, di pantai barat laut Jepang, telah menyebabkan setidaknya 30 orang meninggal dunia dan banyak lainnya terluka. Guncangan tersebut merusak bangunan, meruntuhkan sejumlah bangunan, dan merusak jalanan.
Salah satu area terparah terkena adalah Wajima, di mana kebakaran terjadi. Wajima, sebuah kota dengan populasi sekitar 23.000 orang yang terkenal dengan kerajinan laker dan pelabuhan perikanannya, mengalami sekitar 200 bangunan terbakar, sebagaimana dilaporkan oleh Kyodo News.
|Baca: Saham Apple Anjlok Usai Barclays Turunkan Peringkat
Dilansir dari laman Insurance Business Mag, Rabu, 3 Januari 2024, upaya penyelamatan masih berlangsung di wilayah tersebut yang berjarak sekitar 315 kilometer di sebelah barat laut Tokyo, karena masih terjadi guncangan susulan.
Badan Meteorologi Jepang
Pada Selasa, Badan Meteorologi Jepang mencabut peringatan tsunami untuk pantai Laut Jepang. Perdana Menteri Fumio Kishida membentuk tim tugas untuk membantu dalam operasi penyelamatan dan perbaikan, menyoroti kerusakan yang luas akibat gempa tersebut.
Di Prefektur Ishikawa, setidaknya 30 orang dilaporkan meninggal dunia akibat gempa, dengan setidaknya 15 di antaranya di Wajima. Tsunami terbesar setelah gempa, tercatat di Wajima, mencapai ketinggian sekitar 1,2 meter.
Meskipun Semenanjung Noto tidak terlalu padat industri, namun beberapa perusahaan besar seperti Murata Manufacturing Co memiliki fasilitas produksi di wilayah yang terdampak. Saat ini, Murata Manufacturing sedang mengevaluasi dampak dari kejadian ini yang melibatkan 13 pabrik di Toyama, Ishikawa, dan Fukui.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News