Media Asuransi, GLOBAL – Harga emas telah melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa pada 2025. Hal itu karena investor dan bank sentral meningkatkan kepemilikan mereka atas logam kuning tersebut untuk melindungi diri dari inflasi, risiko ekonomi, dan ancaman terhadap independensi Federal Reserve.
Mengutip Investopedia, Selasa, 21 Oktober 2025, namun investor legendaris Warren Buffett telah lama menyuarakan skeptisismenya terhadap emas sebagai investasi jangka panjang. Buffett secara konsisten mengkritik emas sebagai investasi.
|Baca juga: Danantara Bakal Pangkas Jumlah BUMN Jadi 230 Perusahaan dalam 5 Tahun Mendatang
|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham dari IPOT untuk Pekan Ini saat IHSG Berpeluang Rebound
Dalam surat pemegang saham Berkshire Hathaway pada 2011, ia menggambarkan emas sebagai tidak banyak gunanya maupun prokreatif, menekankan emas tidak menghasilkan arus kas atau menciptakan nilai seiring waktu. Kemudian dalam sebuah wawancara pada 2011 dengan CNBC, Buffett menyatakan, emas adalah cara untuk bertindak berdasarkan rasa takut.
Yang dimaksudkan Buffet adalah harga emas bergantung pada sentimen pasar dan permintaan. Ketika orang-orang semakin takut terhadap ekonomi, permintaan emas meningkat dan harganya pun meningkat. Namun, jika orang-orang menjadi kurang takut, permintaan turun, dan harganya juga turun.
Pada akhirnya, preferensi Buffett adalah aset yang menghasilkan arus kas dan berlipat ganda seiring waktu. Sedangkan pada kuartal kedua 2020, Berkshire Hathaway milik Buffett mengungkapkan bahwa mereka memiliki saham senilai US$565 juta di salah satu perusahaan pertambangan emas terbesar di dunia, Barrick Gold Corp (NYSE: B).
|Baca juga: BRI Life Bentuk MAB untuk Tekan Klaim dan Perkuat Kepercayaan Nasabah
|Baca juga: BPI Danantara Bidik Dividen BUMN Tembus Rp750 Triliun dalam 5 Tahun
Keputusan ini mungkin mengejutkan mengingat sudut pandang Buffett tentang emas sebagai investasi. Meskipun mungkin merupakan keputusan salah satu manajer portofolio Berkshire Hathaway, Ted Weschler atau Todd Combs, dan bukan Buffett sendiri, keputusan ini tetap penting dan mengubah industri pada saat itu.
Namun, posisi Berkshire Hathaway di perusahaan pertambangan emas tersebut relatif singkat. Perusahaan menjual sahamnya di Barrick Gold pada akhir kuartal IV/2020. Meskipun Buffett sebagian besar menghindari emas, tetapi beberapa skenario mungkin membenarkan alokasi yang moderat dalam portofolio Anda.
Misalnya, investor yang mencari diversifikasi portofolio, asuransi terhadap volatilitas pasar, atau aset yang tidak berkorelasi dengan ekuitas dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam emas.
|Baca juga: Victoria Insurance (VINS) Suntik Modal Rp19,57 Miliar Demi Perkuat Ekuitas
|Baca juga: Pengunjung CMSE 2025 Cetak Rekor, Bos BEI: Bukti Masyarakat Berminat Kenal Lebih Dekat Pasar Modal
“Bagi investor yang berfokus pada pertumbuhan dan pendapatan, saya merekomendasikan pembagian saham-obligasi 90-10, dengan hingga 2,5 poin persentase dari 90 persen dialokasikan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi,” ujar Perencana Keuangan dan Konsultan Laura DiFiglio dari Northwestern Mutual.
Emas dalam portofolio jangka panjang
Sangat penting untuk mempertimbangkan biaya peluang dan volatilitas pasar saat ini ketika mempertimbangkan untuk menambahkan emas ke portofolio Anda. Karena komoditas cenderung bertindak sebagai lindung nilai terhadap inflasi alih-alih sebagai kendaraan untuk pertumbuhan, disarankan menjaga alokasi emas tetap moderat.
Pada 11 September 2025, dalam acara peluncuran Abu Dhabi Finance Week, yang dijadwalkan pada Desember, pendiri dan mantan CEO hedge fund Bridgewater Associates, Ray Dalio, menjelaskan potensi peran defensif emas dalam portofolio apa pun.
|Baca juga: BCA (BBCA) akan Melakukan Pembelian Kembali Saham (Shares Buyback), Maksimal Rp5 Triliun
“Emas mungkin menjadi cara bagi investor untuk melindungi diri dari pasar yang tidak sehat karena terbebani utang. Investor dapat melindungi risiko tersebut dengan alokasi 10 persen hingga 15 persen untuk emas,” kata Dalio.
Lebih lanjut, skeptisisme Buffett terhadap emas tetap jelas: emas adalah aset non-produktif yang tidak menghasilkan pendapatan. Meskipun lonjakan harga baru-baru ini mungkin menggoda bagi investor, namun kekayaan jangka panjang dibangun melalui aset yang menghasilkan arus kas dan berlipat ganda seiring waktu.
Emas dapat berfungsi sebagai lindung nilai, tetapi tidak boleh menggantikan strategi investasi yang disiplin dan berorientasi pada nilai.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News