Media Asuransi, GLOBAL – Ekonomi China mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,4 persen pada kuartal I/2025 secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar sebesar 5,1 persen. Angka ini menunjukkan momentum pemulihan yang masih kuat meskipun terdapat kekhawatiran terhadap perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) dan potensi perlambatan ekspor.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh berbagai indikator ekonomi yang menunjukkan performa positif. Penjualan ritel pada Maret tercatat tumbuh 5,9 persen, melebihi estimasi analis sebesar 4,2 persen. Sementara produksi industri meningkat 7,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jauh di atas perkiraan 5,8 persen.
|Baca juga: Investree Resmi Dibubarkan
|Baca juga: OJK Izinkan Perubahan Nama PT Taawun Indonesia Sejahtera Menjadi PT Teman Pialang Asuransi
Melansir CNBC International, Kamis, 17 April 2025, investasi aset tetap juga mengalami pertumbuhan 4,2 persen pada kuartal pertama, sedikit di atas proyeksi 4,1 persen. Meski demikian, sektor properti masih menjadi beban utama dengan kontraksi sebesar 9,9 persen, sementara investasi infrastruktur dan manufaktur menunjukkan perbaikan.
Tingkat pengangguran perkotaan menurun menjadi 5,2 persen pada Maret dari sebelumnya 5,4 persen pada Februari. Biro Statistik Nasional China menyebut ekonomi berada dalam awal yang baik dan stabil serta menyoroti peran penting inovasi dalam mendorong pertumbuhan, salah satunya melalui kemajuan teknologi kecerdasan buatan.
Meski demikian, otoritas China tetap mewaspadai kondisi eksternal yang dinilai semakin kompleks, termasuk meningkatnya proteksionisme global dan lemahnya permintaan domestik. Pemerintah disebut akan mengambil kebijakan makro yang lebih proaktif dan efektif untuk menjaga stabilitas ekonomi ke depan.
|Baca juga: Trisula Textile Industries (BELL) Tebar Dividen Rp5 Miliar
|Baca juga: Protes BPJS Kesehatan Dapat Digunakan Warga Asing, Legislator: Mereka Tidak Bayar Pajak!
Ancaman tarif baru dari AS menjadi salah satu tantangan terbesar. Sejumlah ekonom memprediksi dampak perang dagang akan mulai terlihat dalam data ekonomi bulan depan. UBS Group bahkan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi 3,4 persen, seiring prediksi turunnya ekspor ke AS hingga dua pertiga dalam beberapa kuartal mendatang.
Untuk mengantisipasi tekanan eksternal tersebut, Pemerintah China diperkirakan meluncurkan stimulus tambahan senilai hingga 1,5 triliun yuan pada paruh kedua tahun ini. Langkah-langkah yang disiapkan meliputi pemangkasan suku bunga, pelonggaran rasio cadangan bank, dan percepatan pembangunan infrastruktur serta insentif konsumsi rumah tangga.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News