Media Asuransi, JAKARTA – Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eisha Maghfiruha Rachbini, menegaskan bahwa perekonomian global sepanjang 2025 masih menunjukkan resiliensi, meskipun dibayangi ketidakpastian akibat perang dagang. Hal tersebut disampaikan dalam Diskusi Publik INDEF bertajuk “Catatan Akhir Tahun INDEF: Liburan di Tengah Tekanan Fiskal”, Selasa, 29 Desember 2025.
Namun demikian, Eisha menekankan bahwa tantangan ekonomi global diperkirakan akan meningkat pada 2026, seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi yang masih berlanjut.
|Baca juga: Tekanan Fiskal Membayangi Akhir Tahun, INDEF Nilai Ekonomi RI Rentan Gejolak Global
“Ekonomi global belum kembali ke tren pra-pandemi dan diperkirakan melambat pada 2026,” ujar Eisha dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu, 30 Desember 2025.
Menurutnya, kebijakan perdagangan, perang tarif, serta ketegangan geopolitik telah memengaruhi arus perdagangan dan investasi global, termasuk ke kawasan ASEAN dan Indonesia. Kondisi tersebut memberikan dampak lanjutan terhadap perekonomian domestik, terutama melalui tekanan terhadap nilai tukar serta perlambatan di sektor riil.
|Baca juga: Pemerintah Menilai Perekonomian Nasional Akhir Tahun 2025 Terjaga Tetap Resilien
“Dinamika global membuat perekonomian domestik sangat rentan terhadap gejolak perdagangan dan kebijakan ekonomi negara besar, sehingga kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif serta mendorong reformasi struktural diperlukan untuk mendukung pertumbuhan,” ujar Eisha.
Ia menegaskan bahwa di tengah ruang fiskal yang semakin terbatas, pemerintah perlu merancang kebijakan yang adaptif dan terukur. Langkah tersebut penting untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional tanpa mengorbankan keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah dan panjang.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
