Media Asuransi, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi Indonesia secara tahunan (year on year/yoy) pada bulan Juni 2025 tercatat sebesar 1,87 persen. Tingkat inflasi bulanan (month to month/mtm) Juni 2025 sebesar 0,19 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun berjalan (year to date/ytd) Juni 2025 sebesar 1,38 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (BPS), Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa inflasi provinsi yoy tertinggi terjadi di Provinsi Papua Selatan yakni sebesar 3,00 persen. Sedang inflasi kabupaten/kota yoy tertinggi terjadi di Luwuk, sebesar 4,00 persen.
Sementara itu, deflasi provinsi yoy terdalam terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 0,67 persen. Sedangkan deflasi kabupaten/kota yoy terdalam terjadi di Kabupaten Mukomuko sebesar 1,34 persen.
|Baca juga:BI Pede Inflasi Terkendali di 2,5±1% hingga 2026
Pudji menjelaskan bahwa pada Juni 2025, tingkat inflasi yoy sebesar 1,87 persen dan tingkat inflasi ytd sebesar 1,38 persen. “Tingkat inflasi yoy untuk Juni 2024 dan Juni 2023 masing-masing sebesar 2,51 persen dan 3,52 persen. Sedangkan tingkat inflasi y-to-d Juni 2024 dan Juni 2023 masing-masing sebesar 1,07 persen dan 1,24 persen,” katanya dalam jumpa pers secara daring, Selasa, 1 Juli 2025.
Dia tambahkan, tingkat inflasi yoy komponen inti Juni 2025 sebesar 2,37 persen, inflasi komponen inti mtm Juni 2025 sebesar 0,07 persen, dan inflasi ytd Juni 2025 sebesar 1,24 persen.
|Baca juga: Konflik Geopolitik & Kenaikan Inflasi Global Justru Untungkan Pasar Kripto, Kok Bisa?
“Komponen inti pada Juni 2025 mengalami inflasi yoy sebesar 2,37 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 104,19 pada Juni 2024 menjadi 106,66 pada Juni 2025. Sementara itu, komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen yang harganya bergejolak mengalami inflasi yoy masing-masing sebesar 1,34 persen dan 0,57 persen,” tutur Pudji.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa komponen inti mengalami inflasi mtm dan ytd masing-masing sebesar 0,07 persen dan 1,24 persen. Komponen yang harganya diatur pemerintah dan harganya bergejolak mengalami inflasi mtm masing-masing sebesar 0,09 persen dan 0,77 persen, serta inflasi ytd masing-masing sebesar 1,13 persen dan 2,15 persen.
“Komponen inti, komponen yang harganya diatur pemerintah, dan komponen yang harganya bergejolak memberikan andil atau sumbangan inflasi yoy masing-masing sebesar 1,51 persen, 0,26 persen, dan 0,10 persen. Serta memberikan andil atau sumbangan inflasi mtm masing-masing sebesar 0,04 persen, 0,02 persen, dan 0,13 persen,” kata Pudji Ismartini.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News