1
1

Investasi Cold Storage di Asia Pasifik akan Tumbuh

Fasilitas penyimpanan bertemperatur rendah (cold storage). | Foto: Freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Fasilitas penyimpanan bertemperatur rendah (cold storage) masih akan menawarkan peluang investasi jangka panjang di Asia Pasifik. Hal ini terjadi karena memberikan potensi imbal hasil yang menarik dan stabil serta memiliki tingkat sewa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas aset lainnya.

Menurut JLL, sebuah perusahaan manajemen investasi dan real estate komersial terkemuka di dunia, nilai investasi di sektor cold storage di Asia Pasifik diperkirakan akan melampaui US$2 miliar hingga 2030. Nilainya jauh melonjak jika dibandingkan tahun 2021 yang sebesar US$948 juta. Hal itu terjadi karena investor mencoba mendiversifikasi portofolio mereka seiring dengan memanfaatkan permintaan end-user untuk fasilitas yang lebih khusus.

Investasi di cold storage telah menurun sejak tahun 2021 tetapi belum mencapai puncaknya. “Sejumlah faktor, mulai dari perubahan struktural dalam pola konsumsi hingga pergeseran ke belanja online dan berbagai pengaruh makroekonomi, akan menopang pasar ini untuk pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dari kelompok investor yang lebih terpilih,” kata Senior Director, Supply Chain & Logistics Solutions Asia Pasifik JLL, Ben Horner, dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu, 30 Desember 2023.

|Baca juga: Pemerintah RI Buka Peluang Jepang Tambah Investasi di Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

Menurut analisis JLL, aktivitas transaksional di sektor penyimpanan dingin melambat dalam 12 bulan terakhir. Faktor eksternal, termasuk tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan biaya modal yang meningkat membuat investasi properti secara umum kurang menarik di semua sektor. Dalam sektor penyimpanan beku di Asia Pasifik, volume melonjak baik untuk pusat distribusi maupun pusat penyimpanan beku pada tahun 2021, harga rata-rata berada di atas rata-rata historis (US$29,6 juta dibandingkan dengan US$19,1 juta rata-rata 10 tahun).

Selain itu, jumlah transaksi bernilai besar mencapai rekor 32 transaksi, lebih dari dua kali lipat dari 15 transaksi tahunan rata-rata selama 10 tahun terakhir. Hingga saat ini, ukuran transaksi rata-rata adalah US$16,3 juta.

Situasi makroekonomi dinilai akan mempengaruhi kebutuhan investasi di masa depan pada sektor penyimpanan dingin di Asia Pasifik. Populasi kelas menengah yang signifikan di Asia Pasifik, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan peningkatan tingkat pendapatan, diperkirakan akan mendukung peningkatan tingkat konsumsi.

Konsumsi pribadi di Asia Pasifik tumbuh dengan CAGR yang kuat sebesar 4,1 persen antara tahun 2013 dan 2022. Ini diperkirakan akan meningkat menjadi 4,7 persen antara tahun 2023 dan 2025.

“Indonesia memiliki potensi sosioekonomi yang kuat, seperti pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah, perkembangan industri pengolahan makanan, serta kondisi geografis, menjadikan cold storage sebagai salah satu sektor alternatif real estate yang prospektif di luar sektor pergudangan dan perumahan tapak,” kata Kepala Riset JLL Indonesia, Yunus Karim.

“Dengan semakin berkembangnya industri cold-chain, terutama di sektor makanan dan minuman, kami mulai melihat investor-investor lokal maupun asing mencari potensi pengembangan cold storage untuk dapat membantu peningkatan pasokan cold storage di Indonesia mengingat pasokan yang masih tergolong terbatas,” ujar Country Head & Head of Logistic and Industrial JLL Indonesia, Farazia Basarah.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Transaksi Digital Banking Tumbuh 13,21%
Next Post Program Restrukturisasi Beres, Jiwasraya Segera Dilikuidasi

Member Login

or