1
1

Ancaman Tarif Trump Cuma Omon-omon? Negosiator RI: Jangankan Kalian, Saya Saja Nggak Tahu Kapan Diberlakukan!

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso. | Foto: Kemenko Perekonomian

Media Asuransi, JAKARTA — Pemerintah Indonesia menyoroti ketidakpastian kebijakan tarif dagang dari Amerika Serikat (AS) yang hingga kini tidak kunjung jelas pelaksanaannya. Padahal, pemerintah dan pelaku usaha terus mencermati pelaksanannya guna merespons agar tidak berdampak negatif terhadap perekonomian dan laju bisnis.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkap ancaman tarif terhadap produk ekspor RI hanya menjadi wacana yang terus ditunda sehingga menciptakan ketegangan bagi para pelaku usaha. Ia menjelaskan sejak awal April 2025, kebijakan tarif diumumkan dan diberi masa tenggang, namun hingga akhir Juli belum ada realisasi.

|Baca juga: Efek Domino Trump Bikin Devisa Ekspor RI Seret, Pemerintah Mulai Panik?

|Baca juga: Sesmenko Susiwijono Sebut Tidak Ada Pengiriman Data Pribadi WNI ke AS

“Sejak 2 April kemudian diumumkan, 8 April diberikan penundaan 90 hari. Mau jatuh tempo di 7 Juli, harusnya jatuh tempo 8 Juli diundur lagi ke 1 Agustus. Yang sudah deal tidak berlaku lagi 1 Agustus,” ujar Susiwijono, di Jakarta, Selasa, 29 Juli 2025.

Meski belum terealisasi, namun ancaman tarif itu telah memicu kecemasan di kalangan pelaku ekspor. Perubahan perilaku bisnis hingga sentimen pasar mulai terasa.

“Kesimpulannya apa? Sampai hari ini ancaman-ancaman-ancaman itu belum pernah ada yang terealisasi. Saya tidak mau ngomong ini omon-omon saja. Tapi faktanya kita sudah berdebat menghitung dampaknya ini ya semuanya ke ekonomi semuanya,” ungkapnya.

Namun, ketidakpastian soal kapan tarif benar-benar diberlakukan membuat para eksportir waswas. Bahkan, Susiwijono sebagai salah satu negosiator pun mengaku belum mendapatkan kepastian apa pun.

|Baca juga: DPK Membengkak, Bos LPS: Perbankan Tarik Napas Dulu Sebelum Ekspansi Kredit Lagi!

|Baca juga: Tenang, LPS Jamin 99,94% Tabungan Masyarakat Indonesia di Bank Umum!

“Kalau konkret pengenaannya tidak ada, sampai hari ini barang Indonesia ke sana juga belum dikenakan apa-apa. Karena sudah ditunda, tunda lagi, karena sudah deal tidak diberlakukan dulu, diberlakukannya kapan? Jangankan teman-teman, saya yang negosiator saja juga tidak tahu kapan mau lagi diberlakukan,” katanya.

Di balik situasi penuh ketidakpastian itu, ada satu momen yang menurutnya menjadi penyelamat yakni percakapan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump, pada 15 Juli lalu. Ia menyebut momentum itu menjadi ‘blessing‘ yang menahan potensi kerugian dari kehilangan pesanan ekspor besar-besaran di sektor fesyen dan tekstil.

Menurutnya jika kesepakatan itu tidak dicapai, banyak pesanan musiman seperti spring season dari industri tekstil dan fesyen bisa saja dialihkan ke negara-negara pesaing seperti Vietnam. Pasalnya, tarif di negara tersebut sudah jelas dan pasti, meskipun lebih tinggi. Bagi eksportir, kepastian lebih penting daripada nominal tarif itu sendiri.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Laba Indolife Melonjak 194,08% per Juni 2025
Next Post S&P Afirmasi Peringkat Utang Indonesia BBB dengan Outlook Stabil

Member Login

or