1
1

BI Luncurkan KSK 45, Soroti Ketahanan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global

Gedung Bank Indonesia. | Foto: BI

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No 45 edisi Agustus 2025. Peluncuran tersebut dengan tema ‘Mendorong Intermediasi, Memperkuat Ketahanan di Tengah Peningkatan Ketidakpastian Global‘.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan Indonesia masih memiliki peluang besar untuk menjadikan ekonominya lebih tangguh, berdaya saing, dan tumbuh dinamis meski kondisi global masih penuh ketidakpastian.

|Baca juga: Ojol Tewas Dilindas Mobil Brimob, Begini Tanggapan Bos GOTO

|Baca juga: Antonius Kosasih Terjerat Kasus Korupsi di Taspen, Pengamat: Fungsi Pengawasan Wajib Dipertajam!

“Untuk itu kita perlu menjawab tantangan utama di dalam negeri, yaitu menjaga keseimbangan antara stabilitas perekonomian dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya, saat peluncuran KSK 45, di Jakarta, Jumat 29 Agustus 2025.

Juda menjelaskan kebijakan makroprudensial longgar, operasi moneter, dan insentif likuiditas telah menambah ruang gerak bagi perbankan. Ke depan, bank perlu meningkatkan kesiapan melakukan realokasi likuiditas ke kredit serta mempercepat penurunan suku bunga dana dan kredit.

Untuk mendukung transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial, BI menetapkan empat fokus utama. Pertama, mencermati ruang pelonggaran BI Rate. Kedua, memperkuat efektivitas transmisi melalui penyesuaian instrumen moneter dan swap valas.

Ketiga, menambah likuiditas pasar uang secara terukur lewat penyesuaian SRBI dan pembelian SBN di pasar sekunder. Keempat, melanjutkan pelonggaran kebijakan makroprudensial guna mendorong kredit, menurunkan suku bunga, dan memperkuat ketahanan perbankan.

|Baca juga: Optimalkan Potensi Zakat Indonesia, BSI Luncurkan Green Zakat Framework

|Baca juga: Kementerian BUMN Dukung Penuh Program Listrik Desa dan Koperasi Desa Merah Putih

Buku KSK 45 mencatat stabilitas sistem keuangan Indonesia pada semester I/2025 tetap terjaga di tengah gejolak global. Kondisi ini ditopang oleh ketahanan perbankan, industri keuangan non-bank, serta korporasi dan rumah tangga. Salah satu kebijakan yang ditempuh BI adalah memperkuat Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Porsi KLM dinaikkan dari empat persen menjadi lima persen per 1 April 2025. Hingga awal Agustus 2025, total insentif KLM mencapai Rp384 triliun. Dana tersebut disalurkan kepada bank BUMN sebesar Rp171,5 triliun, bank BUSN Rp169,2 triliun, BPD Rp37,2 triliun, dan KCBA Rp5,7 triliun.

Secara sektoral, insentif disalurkan ke sektor prioritas, antara lain pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan, manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata, ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro, dan sektor hijau.

Juda berharap KSK 45 dapat menjadi pedoman strategis bagi pemangku kepentingan dalam memahami dinamika sistem keuangan dan merumuskan langkah mitigasi.

|Baca juga: Igloo Luncurkan Fitur Rekomendasi AI untuk Asuransi Mobil

|Baca juga: Bank Jakarta Dukung Pemberdayaan UMKM di Festival Kemudahan dan Perlindungan UMKM 2025

“Dengan semangat kolaborasi, mari kita pastikan likuiditas yang ada, tidak berhenti di perbankan, tetapi benar-benar menjadi tenaga penggerak ekonomi, menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif, kuat, dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bank Mandiri (BMRI) Resmi Hadirkan Fitur QR Antar Negara di Jepang
Next Post Saham Bank KB Indonesia (BBKP) Bergejolak, Ini Jawaban Resmi Perusahaan!

Member Login

or