Media Asuransi, JAKARTA – Center Of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan di 2025 tetap bertahan di level 4,6–4,8 persen atau konsisten di bawah lima persen.
Hal tersebut dinilai berdasarkan pertumbuhan pada kuartal II/2025 di kisaran 4,7-4,8 persen, menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan I sebesar 4,87 persen. Perlambatan ini dipicu oleh trilogi masalah mulai dari melemahnya konsumsi rumah tangga, kontraksi belanja pemerintah, hingga pertumbuhan lambat dari investasi.
|Baca juga: 22 Program Strategis Danantara Dapat Catatan Khusus dari Komisi VI, Apa Itu?
CORE memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 akan berada di 4,7– 4,8 persen, mencerminkan perlambatan dari realisasi triwulan I sebesar 4,87 persen. Perlambatan ini dipicu oleh trilogi masalah mulai dari konsumsi rumah tangga yang terus melemah, kontraksi belanja pemerintah, hingga pertumbuhan investasi yang masih lamban.
Selain itu, CORE menilai, ekonomi Indonesia masih terjebak dalam pusaran ketidakpastian global yang menguat. Gejolak ini dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump dan eskalasi ketegangan geopolitik di Selat Hormuz yang memuncak pada 13–24 Juni 2025.
“(Kondisi itu) memaksa direvisinya proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 ke arah yang lebih pesimistis,” kata CORE, dikutip dari CORE Midyear Review 2025 bertajuk ‘Terhimpit Pemulihan Domestik, Terguncang Risiko Global’, Jumat, 25 Juli 2025.
Sementara Indonesia telah menyepakati tarif resiprokal AS sebesar 19 persen atau terendah di antara negara ASEAN namun tetap lebih tinggi dari tarif yang sudah eksis. Yang lebih mengkhawatirkan, penerapan tarif serupa ke mitra dagang utama seperti China akan menciptakan efek domino yang mengguncang stabilitas ekonomi Indonesia.
|Baca juga: Danantara Diminta Hindari Model Konglomerasi yang Tidak Produktif, Ternyata Ini Alasannya!
|Baca juga: Danantara Genjot 22 Program Strategis Tuntas hingga Akhir 2025, Termasuk Restrukturisasi Asuransi!
Sedangkan di tengah turbulensi global, CORE Indonesia memandang, kinerja ekonomi domestik kuartal II/2025 belum menunjukkan sinyal pemulihan yang meyakinkan. Indikator konsumsi rumah tangga mengungkap realitas pahit yakni mayoritas masyarakat Indonesia masih mengerem belanja non-esensial akibat terpangkasnya disposable income.
Investasi pun diperkirakan belum pulih signifikan karena efektivitas kebijakan pemerintah yang masih dipertanyakan dan preferensi investor global yang belum membaik. Bahkan belanja pemerintah diprediksi terkontraksi karena berbagai program prioritas belum berjalan optimal.
Lebih jauh, momentum pemulihan ekonomi kini bertumpu pada keberanian pemerintah mengambil langkah-langkah terobosan. Jika pemerintah tetap beroperasi dengan pendekatan business as usual, risiko ekonomi Indonesia terperosok lebih dalam di dalam enam bulan mendatang bukan skenario yang mustahil.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News