Media Asuransi, JAKARTA — Data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menuai pertanyaan dari pelaku usaha dan ekonom. Bahkan, ada kekhawatiran atas kredibilitas data tersebut karena dianggap tidak selaras dengan kondisi riil di lapangan.
Senior Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan menilai perbedaan antara angka resmi dengan apa yang dirasakan dunia usaha sehari-hari bisa memunculkan persepsi negatif. Ia mengingatkan dampaknya bukan hanya menyasar kalangan bisnis, melainkan juga masyarakat secara umum.
|Baca juga: OJK Restui Iwan dan Tan Rudy Eddywidjaja Menjabat Direktur BFI Finance (BFIN)
|Baca juga: Begini Strategi Maybank Indonesia (BNII) Bangun Bisnis Keberlanjutan UKM
“Ini yang dikhawatirkan, jadi ada semacam penurunan kepercayaan atau mempertanyakan kredibilitas dari pengumuman BPS tersebut. Ini kan saya kira tidak baik bagi semua, baik kalangan dunia usaha, pemerintah sendiri, maupun masyarakat pada umumnya,” tegas Fadhil, dalam diskusi publik, Rabu, 6 Agustus 2025.
Lebih lanjut, ia meminta pemerintah untuk memberikan penjelasan yang lebih mendasar mengenai anomali data tersebut. Menurutnya BPS tidak bisa menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan, karena lembaga itu hanya bertugas mengumpulkan dan menyampaikan data, bukan menganalisisnya.
“Jadi saya kira ini memang menuntut BPS, ataupun pemerintah dalam hal ini. Karena BPS akan mengatakan, ‘Saya bukan analis, saya hanya mengumpulkan data, mencatat, kemudian menyampaikan’,” ungkapnya.
|Baca juga: Repricing Saja Tidak Cukup, AXA Financial Bongkar Jurus Tahan Klaim Membengkak dan Tetap Cuan
|Baca juga: AXA Financial Indonesia Cetak Laba Rp22 Miliar hingga Juni 2025
Ia menambahkan pemerintah seharusnya segera memberikan klarifikasi untuk menghindari disinformasi dan memperkuat kembali kepercayaan publik terhadap data resmi. “Kita menuntut kepada pemerintah untuk bisa mengklarifikasi, atau menjelaskan secara lebih mendasar lagi anomali tersebut,” pungkas Fadhil.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News