Media Asuransi, JAKARTA – Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III/2025 mencapai 5,04 persen sehingga masih berada di sekitar rata-rata 10 tahun terakhir yakni lima persen.
Hal tersebut, lanjutnya, ditopang kebijakan pro-pertumbuhan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) di tengah ketidakpastian global seperti perang dagang dan arah suku bunga The Fed. Momentum pertumbuhan diperkirakan menguat secara moderat pada 2026.
“Namun keseimbangan antara dukungan pertumbuhan dan stabilitas makro tetap menjadi tantangan,” kata Josua, dikutip dari pernyataannya, di Jakarta, Jumat, 5 Desember 2025.
Adapun Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) kembali meluncurkan laporan PIER Economic Outlook bertajuk ‘Reviving Domestic Growth, Navigating Global Shocks‘.
|Baca juga: Ajaib Sekuritas Sarankan Beli Saham MAPI, SSIA, dan IMPC di Akhir Pekan
|Baca juga: Purbaya Sebut Revisi UU P2SK Perkuat Koordinasi Fiskal-Moneter Demi Optimalkan Pertumbuhan Ekonomi
Melalui laporan ini, PIER memaparkan analisis mengenai kondisi perekonomian 2025, mencakup perkembangan ekonomi makro global, pasar keuangan, ekonomi domestik, serta outlook industri. PIER juga memberikan pandangan ke depan terkait prospek perekonomian Indonesia pada 2026 di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.
Di tingkat global, lanjut Josua, harga energi terus turun sepanjang 2025, sementara komoditas pertanian meningkat seiring permintaan yang tetap solid. Pada 2026, pertumbuhan ekonomi global akan melemah terutama akibat perlambatan ekonomi China di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
PIER memperkirakan ada pemangkasan lanjutan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen pada Desember 2025, disusul penurunan tambahan sebesar 25 bps menjadi 3,50 persen pada 2026.
|Baca juga: Benny Waworuntu Akhiri Jabatan sebagai Dirut Indonesia Re
|Baca juga: Wamenkeu: Profesi Akuntan Miliki Peran Krusial dalam Mewujudkan Visi Indonesia 2045
“Ke depannya, komoditas ekspor utama Indonesia seperti minyak, batu bara, dan nikel diperkirakan melemah pada 2026, sedangkan harga Crude Palm Oil (CPO) naik moderat mengikuti konsumsi yang stabil,” jelasnya.
Sektor pasar keuangan diproyeksikan memasuki fase yang lebih positif di 2026, ditopang pelemahan bertahap pada indeks dolar AS dan imbal hasil US Treasury seiring potensi pelonggaran moneter lanjutan oleh The Fed. Imbal hasil SBN (obligasi pemerintah rupiah) juga diperkirakan turun moderat pada 2026.
“Sebagai dampak atas proyeksi penurunan suku bunga kebijakan oleh The Fed dan BI,” tukasnya.
Selain itu, tambah Josua, rupiah diproyeksikan menguat secara bertahap berkat prospek aliran modal investasi maupun portofolio aliran modal asing, dengan estimasi di akhir 2026 berada pada kisaran Rp16.200–Rp16.400 per dolar AS, sedikit lebih kuat dibandingkan dengan proyeksi akhir 2025.
Pertumbuhan ekonomi 2026
“Dalam konteks ekonomi domestik, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 berada di 5,0–5,1 persen dan meningkat pada 2026 di kisaran 5,1–5,2 persen. Inflasi diperkirakan naik secara moderat sebagai respons atas kebijakan pro-pertumbuhan, namun tetap terkendali di bawah tiga persen, memberikan ruang bagi BI untuk tetap akomodatif,” ujarnya.
“Perkiraan kami inflasi akan naik ke kisaran 2,0–2,5 persen pada akhir 2025 dari 1,57 persen di 2024, dan tetap di level yang sama sepanjang 2026,” tambah Josua Pardede.
Sektor eksternal diperkirakan tetap stabil pada 2025 dengan surplus perdagangan yang masih berlanjut, meskipun mulai menyempit. Transaksi berjalan juga diproyeksikan tetap dalam kondisi aman, memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter hingga 2026.
Prospek investasi asing tetap solid ditopang fundamental ekonomi yang kuat dan stabilitas politik yang lebih baik. Cadangan devisa diperkirakan meningkat, sementara portfolio inflow berpotensi pulih dalam jangka menengah seiring meredanya tekanan global.
Di tengah berbagai tantangan dan peluang yang ada, PIER berkomitmen untuk terus memberikan insight kondisi ekonomi dan industri terkini sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan bisnis, pembuat kebijakan, dan masyarakat.
“Dengan beragam produk risetnya, PIER berharap dapat memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman publik terhadap dinamika ekonomi nasional dan global,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
