1
1

Ekonomi China Melambat dan Suku Bunga Global Tidak Menentu, Indonesia Wajib Waspada!

Ilustrasi | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyoroti perlambatan ekonomi China yang diperkirakan terus berlanjut serta dinamika kebijakan suku bunga bank sentral global, khususnya The Fed, yang dapat berdampak pada ekonomi Indonesia.

Menurut Josua, perlambatan ekonomi China menjadi faktor penting bagi Indonesia karena negara tersebut merupakan mitra dagang utama. “China merupakan mitra dagang utama terbesar bagi Indonesia karena lebih dari 20 persen hingga 25 persen dari total ekspor di Indonesia ditujukan ke China,” ujarnya, Senin, 10 Februari 2025.

|Baca juga: Isa Rachmatarwata Ditahan Kejagung, Manajemen Telkom Beri Penjelasan terkait Posisinya sebagai Komisaris

|Baca juga: 4 Strategi Oona Insurance (ABDA) Genjot Kinerja Laba Bersih

Ia menambahkan perlambatan ekonomi China diperkirakan terus berlanjut. Kondisi ini berpotensi berdampak pada permintaan ekspor Indonesia, termasuk komoditas seperti CPO dan batu bara.

“Perlambatan ekonomi China ini tentunya akan bisa berdampak kepada permintaan ekspor barang-barang Indonesia, komunitas Indonesia baik itu CPO, batu bara, dan ini tentunya akan bisa berpengaruh juga terhadap kinerja perdagangan Indonesia baik itu khususnya kinerja ekspor Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, Josua menyoroti kebijakan suku bunga bank sentral global, khususnya The Fed, yang terus mengalami perubahan dan dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Ia menjelaskan pada September tahun lalu, The Fed masih melihat peluang penurunan suku bunga 100 basis poin, namun pada Desember dilakukan revisi menjadi 50 basis poin.

“Di bulan awal tahun ini, The Fed pun juga masih melihat adanya penurunan 50 basis poin. Namun, ekspektasi pasar sudah mulai lebih konservatif. Bahkan, sebagian kecil dari pelaku pasar melihat kemungkinan tidak ada penurunan di tahun ini,” ujar Josua.

Dengan kondisi ini, ia melihat adanya potensi penguatan dolar Amerika Serikat sebagai aset yang dapat mendorong capital outflow dari negara-negara berkembang.

|Baca juga: OJK: Industri Reasuransi Dihadang Tantangan Hardening Market dan Keterbatasan Kapasitas

|Baca juga: IFRS 17 Paksa Perusahaan Asuransi di Asia-Pasifik Ubah Strategi Produk

“Tetap ada potensi di mana dolar Amerika serikat masih berpotensi untuk menguat di tahun ini statusnya sebagai aset dan ini tentunya akan bisa mendorong juga di sisi yang lain akan mendorong juga capital outflow dari negara-negara berkembang,” ucapnya.

Josua menekankan pentingnya memperkuat ekonomi domestik untuk mengantisipasi dampak negatif dari perlambatan ekonomi global dan kebijakan moneter bank sentral internasional. Menurutnya, kebijakan pemerintah serta stabilitas konsumsi dan investasi di dalam negeri akan menjadi faktor kunci dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Hong Kong Umumkan 3 Prioritas Keuangan Hijau untuk 2025, Buat Apa?
Next Post Askrindo Salurkan Bantuan Gizi dan Edukasi Perlindungan Anak di Kampung Nelayan

Member Login

or