1
1

Ekonomi Global Lesu, BI Siapkan Langkah Jaga Ketahanan Domestik

Gedung Bank Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyoroti tren pelemahan ekonomi global yang diakibatkan oleh dinamika tarif dagang Amerika Serikat (AS) dan konflik geopolitik di Timur Tengah.

“Kondisi ini memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons serta koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry, dalam konferensi pers Hasil RDG BI, Rabu, 18 Juni 2025.

|Baca juga: Harga Minyak Dunia Meroket! Sri Mulyani Terus Pelototi Dampak Perang Israel-Iran ke Ekonomi RI

|Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Alasan Belanja Negara Turun 11,26% di Mei 2025

BI mencatat sejumlah indikator global menunjukkan perlambatan, termasuk di negara-negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang, meskipun mereka telah mengadopsi kebijakan fiskal ekspansif dan moneter longgar. Bahkan, ekonomi China juga terdampak akibat menurunnya permintaan ekspor.

“Ekonomi China pun melambat akibat menurunnya ekspor, terutama ke AS di tengah perlambatan permintaan domestiknya,” ujarnya.

Sementara India diperkirakan tetap menunjukkan pertumbuhan yang kuat berkat tingginya investasi domestik. Di tengah berbagai tekanan global, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tetap berada di angka tiga persen.

“Dengan perkembangan tersebut, prospek pertumbuhan ekonomi dunia 2025 tetap sebesar tiga persen,” tutur Perry.

Tarif resiprokal yang diterapkan AS juga dinilai menjadi salah satu faktor utama yang menahan laju ekonomi global. Perry menyampaikan berbagai indikator menunjukkan kebijakan tarif tersebut telah berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

|Baca juga: Pemerintah Telah Salurkan Gaji ke-13 Sebesar Rp32,8 Triliun untuk ASN dan Pensiunan

|Baca juga: Jangkau 4,89 Juta Penerima, Anggaran MBG Terserap Rp4,4 Triliun per 12 Juni 2025

Perry juga mencermati tekanan inflasi AS cenderung menurun seiring perlambatan ekonomi, meski kebijakan tarif era Trump masih memicu kenaikan inflasi pada kelompok barang. Di saat yang sama, sentimen terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) semakin menguat.

Dari sisi pasar keuangan global, aliran modal terus berpindah dari AS ke instrumen yang lebih aman serta ke pasar negara berkembang. Tren ini turut mendorong pelemahan indeks dolar AS terhadap mata uang negara-negara lain, baik di kelompok negara maju (DXY) maupun negara berkembang (ADXY).

Ke depan, BI memperkirakan ketidakpastian global masih akan tinggi. Belum rampungnya negosiasi tarif antara AS dan sejumlah negara serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi dua faktor utama penyebabnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BI Tegaskan Ketahanan Perbankan RI Tetap Tangguh, Ini Alasannya!
Next Post Melesat 27,88%, Pembayaran Digital Tembus 3,93 Miliar Transaksi di Mei 2025

Member Login

or