Media Asuransi, JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin menilai situasi ekonomi Indonesia saat ini terbilang kokoh dan tahan banting dalam menghadapi ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah.
“Kondisi geopolitik terutama di wilayah Timur Tengah imbas adanya perang, bakal berpengaruh terhadap kondisi ekonomi global termasuk Indonesia. Terkait hal itu, saat ini kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dan tangguh,” kata Puteri, dalam keterangan resminya, Senin, 22 April 2024.
|Baca: Malaysian Re Rambah Produk Asuransi Kesehatan dan Medis di Malaysia
Puteri menyebutkan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan masih di atas lima persen secara year on year (yoy), di atas pertumbuhan ekonomi global 3,2 persen (yoy).
Di samping itu, tingkat inflasi masih terjaga dengan baik, mencapai 3,05 persen pada Maret 2024. Puteri menjelaskan cadangan devisa Indonesia tetap tinggi, mencapai 140,4 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya. Bahkan, surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut pada Februari 2024, mencapai 0,87 miliar dolar AS.
“Indikator-indikator ini menjadi bekal kita untuk tetap yakin dan optimistis bahwa ekonomi Indonesia masih tetap kuat di tengah risiko konflik Timur Tengah,” ujarnya.
Ada potensi disrupsi pada suplai logistik di Selat Hormuz dan Laut Merah. Apalagi, selat ini berperan penting terhadap 30 persen jalur perdagangan minyak dunia.
Meski begitu, Puteri tetap mengingatkan hal-hal yang patut diwaspadai dari adanya ketegangan di wilayah Timur Tengah. Puteri menyebut ada potensi disrupsi pada suplai logistik di Selat Hormuz dan Laut Merah. Apalagi, selat ini berperan penting terhadap 30 persen jalur perdagangan minyak dunia. Di mana, di Selat Hormuz terdapat 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah itu sekitar 27 ribu kapal.
Adanya hambatan tersebut diprediksi berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia yang bisa juga bisa berimbas terhadap harga BBM dalam negeri. Menurut Puteri, pemerintah sudah menegaskan bahwa harga BBM tidak akan naik hingga Juni 2024. Sehingga, hal ini menjadi wujud keberpihakan APBN melalui subsidi BBM untuk melindungi daya beli masyarakat.
“Ke depan, kami terus dorong pemerintah untuk memantau harga minyak dunia serta menyiapkan berbagai upaya untuk memitigasi segala potensi risiko dampak yang akan muncul,” ujar legislator Dapil Jawa Barat VII tersebut.
Antisipasi potensi dampak pada sektor keuangan
Lebih lanjut, Puteri menyampaikan, potensi dampak pada sektor keuangan juga perlu diantisipasi. Indeks dolar yang mengalami penguatan berpotensi memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Bagi sektor riil, dampak depresiasi nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap impor.
Karena itu, Puteri mendorong Bank Indonesia bersama pemerintah untuk terus berada di pasar guna melakukan intervensi guna stabilisasi nilai tukar rupiah.
Di antara banyaknya prediksi yang beredar, Puteri meminta masyarakat untuk tenang dan tidak memicu kepanikan di pasar. Sebab DPR akan terus mengimbau pemerintah dan otoritas terkait guna memantau situasi terkini serta menyiapkan upaya mitigasi risiko sehingga ketegangan ini tidak menimbulkan dampak yang dalam bagi masyarakat.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Lebih lanjut, Puteri meminta masyarakat untuk ikut berpartisipasi mengurangi impor terutama yang bersifat konsumtif. Hal ini perlu menjadi perhatian lantaran dikhawatirkan bisa menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
“Untuk itu, sebaiknya kita tetap memprioritaskan belanja pada produk UMKM lokal. Lantaran, UMKM menjadi penopang utama perekonomian kita,” pungkas Puteri.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News