1
1

Kadin: Penggunaan Kecerdasan Buatan Bakal Efektif Jika Ditopang GRC

Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kamar Dagang (Kadin) Indonesia Aviliani. | Foto: Media Asuransi/Sarah Dwi Cahyani

Media Asuransi, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Bidang Analis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kadin Indonesia Aviliani menegaskan penggunaan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam manajemen risiko bisa menjadi solusi potensial bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan perusahaan keluarga.

Namun, dirinya menambahkan, AI hanya akan efektif apabila ditopang oleh praktik Governance, Risk, and Compliance (GRC) yang kuat. “AI itu memang sekarang sudah menjadi tren, menjadi salah satu sumber daripada pengambilan keputusan perusahaan. Tetapi tetap, GRC itu harus,” tegas Aviliani, di Jakarta, Selasa, 19 Agustus 2025.

|Baca juga: Kemenhut Bakal Wajibkan Asuransi bagi Pendaki Gunung Rinjani, Begini Respons AAUI!

|Baca juga: Berikut Usulan AAUI tentang Cakupan Polis dan Nilai Klaim bagi Asuransi Wajib Pendaki Gunung Rinjani

Dirinya menjelaskan penggunaan AI dapat sangat membantu dalam proses identifikasi dan pembuatan peta risiko. Namun setelah risiko terpetakan, pelaku usaha tetap harus memahami prinsip kepatuhan dan menyiapkan berbagai skenario mitigasi risiko, seperti plan A, plan B, hingga plan C.

“Nah ini kita lupa, sering kali perusahaan di Indonesia itu kalau sudah masalah baru cari perencanaan sehingga ketinggalan. Kenapa? Karena baru buat perencanaan. Di sana sudah berubah lagi,” ucap Aviliani.

Aviliani menyoroti perlunya regulator untuk mempunyai prinsip dasar agar lebih lincah dalam mengambil keputusan. Prinsip ini juga perlu ditekankan kepada para pelaku usaha lainnya termasuk UMKM. Karena kurangnya mitigasi risiko, Aviliani menilai, akhirnya UMKM sering sulit untuk naik kelas.

Menurut Aviliani perusahaan besar umumnya sudah menerapkan pendekatan GRC karena tuntutan ekspor dan kepatuhan terhadap standar global. Sebaliknya, perusahaan kecil dan menengah terutama yang tidak berorientasi ekspor masih minim dalam menerapkan prinsip ini.

|Baca juga: Lippo General Insurance (LPGI) Cetak Laba Rp105,70 Miliar di Semester I/2025

|Baca juga: Laba Bersih Asuransi Ramayana (ASRM) Naik 161,69% di Semester I/2025

Lebih lanjut, ia menyoroti tantangan pada perusahaan keluarga, terutama yang sudah memasuki generasi kedua atau ketiga. Kondisi ini sering tidak bisa bertahan karena tidak adanya struktur manajemen risiko yang berkelanjutan.

“Makanya tadi saya katakan ini (GRC) perlu disosialisasikan. Untuk apa? Bersama-sama kita mengajak kenaikan kelas daripada UMKM kita yang jumlahnya sangat besar,” ucapnya.

Lebih jauh, Aviliani menambahkan, AI adalah alat bantu penting, tetapi tetap harus digunakan dalam kerangka strategis perusahaan yang mengedepankan identifikasi risiko, perencanaan jangka panjang, dan tata kelola yang baik.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Jalin Health Hadirkan Pemanfaatan AI di Industri Kesehatan dan Asuransi
Next Post BPK Harap Penerapan GRC Buat Pendapatan Per Kapita Indonesia Tembus US$8.000 di 2029

Member Login

or