Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlangsung dalam waktu yang lama. Regulator jasa keuangan itu mengimbau untuk para pelaku industri merencanakan inisiatif dalam menghadapi kemungkinan terburuknya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan ketidakpastian ini bermula saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan Liberation Day tepatnya pada 2 April 2025. Keputusan pengenaan tarif tinggi dari AS perlu diantisipasi sebaik mungkin.
|Baca juga: Pengamat Sebut Keterlibatan Asuransi Bikin Program MBG Lebih Aman dan Terpercaya
|Baca juga: Tunggu Lampu Hijau dari Kementerian ESDM, PAM Mineral (NICL) Siap Akuisisi Sumber Mineral Abadi
“Nah kalau kita lihat ke depan betul akan terjadi, dan malah sudah terjadi penundaan 90 hari dan diberikan waktu untuk negara-negara mitra melakukan negosiasi dengan Amerika. Untuk mencari titik temu dalam tarif maupun juga volume perdagangan yang minimal menurut Amerika,” jelasnya, di acara Outlook Ekonomi DPR, Selasa, 20 Mei 2025.
Terlepas dari teknis negosiasi perdagangan, sampai saat ini Indonesia tidak menyangka ketegangan akan berlangsung cukup lama. Apalagi diketahui Moody’s Investors Service menurunkan utang Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1.
|Baca juga: OJK Ramal Piutang Multifinance Tumbuh 10% di 2025 Meski Tantangan Mengintai
|Baca juga: Prospek Hilirisasi Nikel Menjanjikan, Performa Bisnis Vale Indonesia (INCO) Diyakini Kian Solid
Mahendra berpendapat penurunan yang dilakukan Moody’s ini menunjukkan bagaimana sentimen dari investor dan pasar terhadap kondisi perekonomian AS. Bukan hanya kondisi defisit ganda, melainkan kondisi menuju triple deficit yakni defisit anggaran, perdagangan, dan neraca modal.
“Karena pertama kalinya pada saat yang bersamaan terjadi capital outflow yang besar di Amerika,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News